#FF Satu spion Dua sisi

12.40

Cicil menelpon Hendra, sang suami tercinta yang di sabtu siang itu masih 'mengeram' diri dalam rumah, matanya tidak lepas dari layar kaca dan tangannya masih sibuk dengan stik Playstation. Setelah menekan tombol Pause dan mengangkat telepon terdengarlah suara Cicil yang setengah berteriak "Honey.. jemput doongg" 

"Iya.." tanpa membantah Hendra mengiyakan

"Sekaraangg" 

"Beres Bu Bos" tentu saja Hendra tidak membantah karena sebelum pergi pun Cicil sudah meminta untuk menjemputnya, dan lagi ia tidak tega membiarkan Cicil pulang dari kantor sendirian

"Memang sudah selesai lemburannya?"

"Sudah.. cepetan yaa aku laper Hon"

"Oke" katanya sambil mematikan Playstation dan Televisi

12.50

"Gue ngga mau tahu, elu harus ikut!!"

"Gue udah bilang gue ngga mau kerja kaya gituan"

"Eh elu denger ya baek-baek, bokap elu itu punya utang sama gue, gimana dia bisa bayar.. kerja aja ngga"

"Entar gue yang bayar"

"Udah elu ngga usah banyak cingcong, elu ikut aja sekarang. Satu kali doang bisa lunas utang bokap elu. Udah buruan" Ratno menarik baju Iyos agar ia segera bangkit dari duduknya. Tidak jauh dari situ ayah Iyos terduduk menunduk, ayahnya tidak bisa melakukan apa-apa, ia tahu ia bersalah karena harus meminjam uang dari bandit tengil seperti Ratno. Tapi.. lagi-lagi ia menyalahkan keadaan

13.05

"Aman, ngga ada polisi, nanti kalau gue kasih aba-aba elu langsung ke jalur busway, kalau gue bilang berhenti elu harus berhentiin nih motor, jangan dimatiin tapi, abis gue kelar baru deh kita cabut buru-buru. Oke?" Ratno memberitahukan rencananya kepada Iyos 

13.15

"Honey.. dimana?"

"Ini sudah di perempatan Golden Truly baweell"

"Oooo.. hehe.. macet ga?"

"Ngga sih, tapi lagi lampu merah nih, lama ya lampu merahnya di sini, aku sambil buka tablet aja"

"Iihh honeey, kamu tuuh nyetir sambil telpon lah, sambil browsing juga, nanti ada polisi di tilang loohh"

"Mana ada polisi jam begini, males kale orang panas banget"

Hendra yang masih asik dengan tablet ditangannya tidak menyadari kalau ada pengendara motor yang mendekat, lalu tiba-tiba.. "Braaakk.."

Hendra mencari asal suara dan ia melihat seorang pria dengan jaket hitam dan helm sedang menarik spion mobilnya

"What!!! Heh.." Hendra membuka pintu, ingin mengejar tapi terhalang oleh safety beltnya. Ketika ia telah melepaskan safety belt si pengendara telah melaju kencang di jalur busway

"Shuutt!!! Arghhh.." Ia menutup pintu mobil dengan kencang dan kembali berteriak "Arrghh.. Kurang ajar banget tuh orang.."

"Honey.. kenapa?? Hon.." Cicil di ujung telpon seketika panik mendengar suara Hendra

"Hoonn.. halooo"

"Iya, udah dulu ya nanti aku ceritain" Hendra mematikan telpon, lampu lalu lintas sudah berpindah ke warna hijau, ia kembali menjalankan Lexus SUV hitam yang ia kendarai

13.30

"Hahaha.. gue bilang juga apa, gampang kan? Langsung lunas deh utang bokap elu"

Iyos masih terdiam, ia menyembunyikan gemetar ketakutannya, ini adalah kali pertama dan berharap tidak akan ada yang kedua, tapi dengan ringan Ratno berkata

"Bilangin sama bokap lo, kalau besok-besok perlu duit datang lagi aja ke gue hahaha.."

13.40

"Halo.. Pap.."

"Eh Ndra, kamu bawa mobil papa ya?" papa diujung telepon memotong kata-kata Hendra

"Iya, mobil aku bensinnya habis" dalam hati Hendra berkata "andai gua bawa avanza gua, ga akan kejadian deh kehilangan spion"

"Tapi pap... eee.. duuh gimana ya ngomongnya"

"Ngomong apa sih Ndra, tumben banget kamu susah ngomong"

"Eee... spionnya pap, spion mobil papap"

"Kenapa spion papa? Kamu nabrak?"

"Bukan.." Hendra menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Diambil orang pap"

"Haahh.. Apa??"