Tutt…tut..tutt..
Hp itu memang sepertinya sudah dibuang ke laut… arrghhh… menyebalkan.. Puput
menggerutu, cemas rindu benci semua menjadi satu. Sudah 2 bulan ini ia tidak
bisa menemui Dimas. “Maaf mba, bukannya kami melarang tapi mas Dimas saat ini
sedang dalam masa karantina yang serius, virus dalam dirinya benar-benar sudah
akut. Malah nanti takutnya menular kepada mba. Tapi saya janji kalau mas Dimas
kondisinya sudah lebih baik saya akan memberitahukan mba. Nomer hp yang ada di
bagian administrasi masih aktif kan?” Suster Ina, dari papan badgenya, berusaha
menenangkan Puput. “Saya hanya ingin melihatnya dari dekat sus, menggenggam
tangannya, kali aja dia bisa merasakan kehadiran saya, mungkin bisa jadi dope
untuk bikin dia cepet sembuh” bujuk Puput lagi.. Suster tersenyum dan
menggeleng pelan “Maaf mba saya permisi dulu, masih banyak yang harus saya
lakukan. Mba yang sabar ya” suster pergi tanpa menunggu Puput berkata-kata
lagi. Bahkan kali ini ia sama sekali tidak dapat melihat Dimas, walaupun cuma
lewat kaca display.
Damn
Dimaass… why are you so stupid siihhh, aku udah bilang kalau mo nyoba make ya jangan banyak-banyak, lihat nih
akibatnya.. kamu OD kaya gini… Udah gitu keluargamu juga kacau lagi, ngga ada
gitu yang empati sama kamu… Puput berkata lagi dalam hati. Lalu mencoba kembali
menghubungi nomer Hp tadi.. “Halo..??” finally… Puput berujar dalam lagi “Ya
haloo, maaf saya Puput temannya Dimas. Ini Lisa kakaknya Dimas kan?” Puput
mencecar karena takut sambungan telpon akan hilang lagi “Iya aku Lisa, kayanya aku
pernah denger nama kamu deh dari Dimas, eh tapi sori aku lagi di Belanda nih,
roamingnya mahal, kamu sms aja deh ada perlu apa. Bye”
Arrgghhhh…
hampir saja Puput membanting Hp nya. Ya Tuhan Dimaas kasihan amat sih nasibmu,
udah di antara hidup dan mati tapi kamu cuma di temani mbok Wati… Keluarga
macam apa sih kalian.. Puput memasuki mobil dan membanting pintu, menstarter
lalu melarikan mobil dengan kencang menuju Jakarta..
“Dimas
butuh cuci darah seminggu sekali” ingatannya melayang ke dokter yang
menerangkan.. kalau aku punya kekuatan super aku akan hisap semua racun dalam
darahmu Mas, lalu menggantinya dengan yang baru, kalau aku punya kekuatan super
aku akan tarik jiwamu lalu kita menari di bawah air hujan seperti saat sekarang
ini… Puput menyalakan wiper mobil, kota hujan ini memang selalu hujan.. ia
mengingat kembali masa-masa berdua dengan Dimas, nongkrong di Lembang yang
dingin, membeli kelinci dan membawanya makan wortel di lapangan Gedung Sate…
tertawa di kebisingan sore di Dago… kapan lagi ya Mas kita kaya gitu, bagi aku
itu romantic bangeeettt… Puput mengerjap matanya yang mulai berkaca-kaca.
Ingatannya kembali ke enam bulan yang lalu, ketika ia masih bisa menyentuh
Dimas, yang terkulai lemas di ranjang Rumah Sakit
“Beb,
kamu masih disini, kamu ngga kuliah?”
“Aku
dari tadi malem disini, nemenin kamu Mas” Puput tersenyum dan duduk di ranjang
“Kamu
kurus banget, matamu juga celong, kamu udah ngga tidur berapa hari beb?” Puput
terenyuh menderngarnya
“Eh
tapi banyak kok aku lihat cewe yang matanya celong, kulitnya hitam tidak
terurus, lebih celong dari kamu beb” Dimas bekata lagi takut Puput sedih dengan
keadaannya yang memang belakangan ini agak kurang dirawat karena ia sendiri
sibuk merawat Dimas
“Masa?”
“Hooh”
“Bohoonggg”
Puput mencubit kecil lengan Dimas, sebenarnya itu hanyalah cubitan biasa ketika
mereka sedang bercanda tapi pada saat itu cubitan itu berasa seperti pukulan
telak bagi kulit Dimas
“Aww
sakit beb”
“Upsss
maaf beb, ngga sengaja” Puput benar-benar mengkhawatirkan keadaan Dimas yang
bertambah parah
“Apa
sus? Mereka bawa kemana Dimas?” dua minggu kemudian ketika Puput mengunjungi
Panti Rehabilitasi tersebut ternyata Dimas sudah tidak ada disana
“Sudah
dibawa seminggu yang lalu oleh keluarganya mba, katanya sih mau diobati di Luar
Negeri, memang mba tidak diberitahu?”
Puput
menggeleng pelan
Ya
Tuhan kemana mereka membawanya? Dimas maafkan aku karena baru sempat kemari,
tugas kampus lagi banyak banget
Ia
melangkah gontai ke dalam mobil. Kali ini tidak membanting lalu melarikannya
karena ia seperti tidak punya kuasa untuk melakukan itu. Kali ini ia hanya
diam, dan membiarkan air mata turun dengan derasnya
Andai
saja 1 tahun yang lalu Dimas tidak termakan rayuan teman-temannya untuk mencoba
barang-barang haram itu pastilah mereka saat ini sedang berlibur, mungkin
sedang bersnorkling di Gilitrawangan, mencari mutiara di kerang yang tertutup
atau mengeluarkan bintang laut dari kehidupannya yang tenang membawanya ke pantai.
Tanpa perduli kepada petugas yang berteriak agar kita tetap menjaga habitat
laut. Atau mungkin kita sedang berteriak-teriak diatas gedung pencakar langit.
Tidak perduli bila diusir petugas. Ya Dimas dulu kita tidak perduli pada dunia
karena kita hidup di dunia kita sendiri. Tapi kamu merusak semuanya Dimas.. And
you messed me up!!!
And
now I don’t know where you are.. apakah kamu terpenjara menunggu kematianmu??
Apakah kamu dikelilingi orang-orang yang hangat? Mungkin aku akan berhenti
memikirkanmu Dimas, maybe it’s too wasting for me, I’m tired with all the time
you taken from me.. although I’m dying to meet you.
-inspired by http://www.youtube.com/watch?v=2wCk5uZ48q8-
No comments:
Post a Comment
leave ur track so i can visit u back :)