“Rista,
kamu tuh keterlaluan banget deh, kan aku udah bilang kalau jangan PAMER mesra
didepan aku…” “Iya deehh maaf, abisnya masa aku nolak Yoga, nanti dia curiga J” tidak sampai semenit Rista menjawab
BBM-ku.. bukannya kami saling berjauhan malah sebaliknya, Rista duduk
didepanku, menyilangkan kaki jenjangnya dan sesekali menyeruput jus markisa
kesukaannya.. Yah beginilah nasibku, jadi ‘simpanan’ dari pacarku sendiri,
pacar yang sudah punya pacar, pacar yang dulunya sahabatku lalu kemudian kami
menyadari bahwa kami saling suka lebih dari sekedar sahabat
Ini
adalah kali ketiga Rista membawa Yoga ke kampus dan kumpul bersama Gank kami,
yah seharusnya aku tidak menyalahkan dia karena teman-teman yang lainpun
membawa pasangannya. Kami enam sahabat berusaha meleburkan pasangan
masing-masing agar tidak ada cemburu antara persahabatan
dan perpacaran, kecuali aku dan Anto
yang tidak punya seseorang yang bias diperkenalkan, dan plus Santi yang baru
saja putus dengan Rio
Dan
seperti kali-kali sebelumnya aku jadi galaauu dengan keberadaan Yoga… Feel so awkward… cepat-cepat aku tweet
timelineku. Dan tidak berapa lama Rista pun melirikku, sepertinya dia sudah
baca timelineku itu
“Eh
youtube dong youtube” aku menutupi kejengahanku dengan berkata pada Seno
“Mau
lagu apa lo?” kami memang meluangkan waktu bersantai kala waktu kuliah sudah
usai, dan tempat favorit adalah Saung Mang Engking, mungkin memang agak mahal
untuk anak kuliahan tapi. Tempatnya asik dan romantis (aku membayangkan aku
hanya berduaan dengan Rista, duduk dipojokan, saling memandang, dengan
background suara air dan kecipak ikan berenang… aiihh indahnya dunia)
“Dewa
dong, udah lama nih ngga denger Dewa”
“Dewa
yang Cemburu kayanya asik nih” Seno sepertinya mendengar jeritan hatiku dan
langsung mengklik tombol Play
Tringg..
bunyi BBM masuk, ternyata dari Rista. Isi BBM nya cuma “:P”… Yeap cuma tanda
melet… Errrr aku gemeess dengan tingkahnya yang seenaknya itu, dia tahu aku
cemburu tapi dia malah meledek. Ya Tuhan kenapa aku bisa jatuh cinta sama
bidadari berhati kejam seperti ituu..
“Yoga,
aku pulangnya bareng Deni aja deh, aku mau cari buku di kwitang. Dan lagikan
kamu ada perlu lagi”
“Bener
ngga papa?” Yoga melirik aku, tampak bahwa dia tidak ‘mengendus’ hal yang
mencurigakan di antara kami berdua. Dan Rista mengangguk mantap
“Kenapa
bareng aku?” aku berlaga sok ngambek
“Abisnya
kamu bete gitu, aku kan jadi ngga enak”
“Ya
iyalah, aku kan pacar kamu… juga” aku masih merajuk
“Atau
sekalian aja ya aku bilang ke Yoga kalau aku pacarmu.. kaya lagunya Dewa tadi”
lanjutku tanpa memberikan kesempatan pada Rista untuk membela diri
“Ih
apaan siihh… Awas aja kalau kamu berani” Rista terlihat panik
meskipun
aku pacar rahasiamu
meskipun aku selalu yang kedua
tap aku manusia
yang mudah sakit hatinya
meskipun aku selalu yang kedua
tap aku manusia
yang mudah sakit hatinya
aku
bernyanyi dengan suara pas-pasan
“Aww…”
dan berhenti bernyanyi ketika Rista mencubit lenganku
“Maafin
aku ya Den, aku ngga maksud nyakitin kamu kok. Tapi aku harus gimana dong? Aku
juga sayang sama Yoga”
“Iya
ngga papa, I’ll do anything to make you happy” so sweet banget kan aku??
Padahal dalam hati terkadang aku berkata.. Bunuh aja gue sekalian Rista!!!
“Ckckckck
salut banget sama abang gue ini, mau-mauan di ‘poliandri’” si tomboy Meta,
adikku satu-satunya yang mengetahui hubungan gelap ini meledek
“Ini
nih alasan gue males ketemu si Rista kalo dia maen ke sini, males ngeliat
tampangnya yang inosen tapi sebenarnya bandit, mendingan lo sama Santi. Santi
kan naïf gitu modelnya makanya dimaenin melulu sama cowok.. hehe”
“Tapikan
cantikan Rista, lebih modis, lebih pinter”
“Pinter
maenin perasaan orang?? Huff paceedd” dia keluar kamarku
“Paced??
Apaan tuh??”
“Capedeeeeeehhh”
dia berteriak, meninggalkan aku yang masih galau dengan hidupku
“Eh
by the way, seinget gue lo dulu juga pernah yah jadi yang kedua. Waktu di SMA
tuuh sama Tantri. Tantri yang pacarnya anak basket itu… Hmm emang kasihan
banget sih nasibmu nak Deni” ternyata Meta belum puas meledek diriku dan dia
memutuskan untuk kembali ke kamarku, berkata seperti itu lalu lari kencang
menghindari bantal melayang
Yah
lengkap sudah kegalauanku saat ini, dan kali ini aku menyalahkan kedua orang
tuaku yang menyekolahkan kami berdua di sekolah yang sama… Well aku memang bisa
menjaga adikku, tapi ternyata diapun mengawasi per-cinta-an-monyet-SMA-ku
Mungkin memang nasibku
Yang slalu menunggu
Untuk jadi yang pertama
Yang slalu menunggu
Untuk jadi yang pertama
Terngiang-ngiang
kembali suara falsetnya Once yang malah bikin tambah mellow… Sambil berkata
dalam hati “Hmm gile malu-maluin para laki-laki tulen nih kalau ditindas sama
wanita seperti ini… Maafin ya Benjamin Franklin, maafin ya Karl Marx, Benito
Musolini, dan minta maaf yang terbesar kepada Bung Karno…”
-inspired by http://www.youtube.com/watch?v=byPtbcijebo-
No comments:
Post a Comment
leave ur track so i can visit u back :)