Baru saja saya membaca artikel Pak Dhe Cholik yang berjudul Bumbu Persatuan Rasa Tawuran. Benar kata Pak Dhe, Bumbu Persatuan itu seharusnya tiga yaitu saling mengerti, menghormati dan menghargai. Tetapi kenyataannya pada saat ini ketiga rasa itu mulai luntur, jangankan menghargai orang lain, mengerti saja rasanya sulit, apalagi menghormati.
Pak Dhe mengatakan jaman sekolahnya dulu pun sudah ada yang namanya tawuran, tetapi itu hanya sebatas tawuran antar pelajar, yah seperti yang pernah saya lihat ketika saya SMA dulu, tawuran antar STM yang lokasinya berdekatan dengan sekolah saya. Para pelajar membawa batu atau ikat pinggang. Dengan berseragam putih abu-abu mereka berlarian dan saling kejar. Tetapi sepertinya Tawuran saat ini mengalami pergeseran arti, atau mungkin lebih tepatnya perluasan makna? Karena dewasa ini tawuran bukan lagi milik para pelajar, tetapi sudah meluas ke antar warga, antar suporter bola atau antar pendukung legislatif.
Miris sekali ketika saya menyalakan televisi dan melihat berita bahwa ada dua kelompok warga yang bertikai, senjatanya bukan lagi sekedar batu atau ikat pinggang melainkan senjata tajam seperti golok, clurit bahkan ada juga senjata api. Mereka tawuran di jalan raya, merusak fasilitas umum dan menutup jalan. Argh gemes sekali saya melihatnya, apalagi ketika saya melihat di bulan puasa ada juga kelompok warga lain yang bertikai, Astaghfirullah.. sebenarnya apa sih yang ada dalam pikiran mereka? Rasanya semua orang tahu, dari mulai anak kecil sampai orang dewasa kalau berpuasa itu hakikatnya adalah menahan diri, bukan hanya menahan lapar tetapi juga menahan emosi, lha terus kenapa bertengkar apalagi sampai tawuran? Tidak malukah dengan penganut agama lain?
Pak Dhe mengatakan jaman sekolahnya dulu pun sudah ada yang namanya tawuran, tetapi itu hanya sebatas tawuran antar pelajar, yah seperti yang pernah saya lihat ketika saya SMA dulu, tawuran antar STM yang lokasinya berdekatan dengan sekolah saya. Para pelajar membawa batu atau ikat pinggang. Dengan berseragam putih abu-abu mereka berlarian dan saling kejar. Tetapi sepertinya Tawuran saat ini mengalami pergeseran arti, atau mungkin lebih tepatnya perluasan makna? Karena dewasa ini tawuran bukan lagi milik para pelajar, tetapi sudah meluas ke antar warga, antar suporter bola atau antar pendukung legislatif.
Miris sekali ketika saya menyalakan televisi dan melihat berita bahwa ada dua kelompok warga yang bertikai, senjatanya bukan lagi sekedar batu atau ikat pinggang melainkan senjata tajam seperti golok, clurit bahkan ada juga senjata api. Mereka tawuran di jalan raya, merusak fasilitas umum dan menutup jalan. Argh gemes sekali saya melihatnya, apalagi ketika saya melihat di bulan puasa ada juga kelompok warga lain yang bertikai, Astaghfirullah.. sebenarnya apa sih yang ada dalam pikiran mereka? Rasanya semua orang tahu, dari mulai anak kecil sampai orang dewasa kalau berpuasa itu hakikatnya adalah menahan diri, bukan hanya menahan lapar tetapi juga menahan emosi, lha terus kenapa bertengkar apalagi sampai tawuran? Tidak malukah dengan penganut agama lain?
Apakah tawuran menyelesaikan masalah? Sepertinya tidak! Justru menimbulkan masalah baru, fasilitas umum yang dirusak harus diperbaiki, itu berarti harus ada dana yang dikeluarkan. Motor atau mobil yang dibakar, milik siapakah itu? jangan-jangan si empunya belum lunas membayar. Miris sekali kan kalau kendaraannya itu justru dibakar orang. Belum lagi para korban yang terluka atau bahkan sampai meninggal dunia. Duh.. tidak ada keuntungan sama sekali dari yang namanya tawuran.
Lets agree to disagree.. Sepertinya kalimat ini harus mulai sering didengungkan di telinga masyarakat kita. Sepakat untuk tidak sepakat!! Berbeda pendapat tentu saja boleh, tetapi tidak perlu gontok-gontokan. Club bola favorit boleh saja kalah tetapi suporter tidak perlu saling berkelahi. Berebut kursi di pilkada boleh terjadi tetapi jangan sampai mengerahkan massa. Marilah kembali menjadi masyarakat Indonesia yang santun, ramah tamah dan tenggang rasa. Membicarakan suatu masalah dengan baik-baik dan menggunakan hati, karena apa-apa yang dikatakan dari hati pasti akan lebih mudah sampai ke hati.
Lets agree to disagree.. Sepertinya kalimat ini harus mulai sering didengungkan di telinga masyarakat kita. Sepakat untuk tidak sepakat!! Berbeda pendapat tentu saja boleh, tetapi tidak perlu gontok-gontokan. Club bola favorit boleh saja kalah tetapi suporter tidak perlu saling berkelahi. Berebut kursi di pilkada boleh terjadi tetapi jangan sampai mengerahkan massa. Marilah kembali menjadi masyarakat Indonesia yang santun, ramah tamah dan tenggang rasa. Membicarakan suatu masalah dengan baik-baik dan menggunakan hati, karena apa-apa yang dikatakan dari hati pasti akan lebih mudah sampai ke hati.
Mari sepakat untuk tidak sepakat karena dari ketidaksepakatan itu akan tercipta suatu hal yang baru karena perbedaan adalah rahmat bukan bencana. Mari sepakat untuk tidak sepakat tetapi dengan cara yang elok dan mendamaikan seperti semboyan negara kita yaitu 'Berbeda-beda tetapi tetap satu'. Mari sepakat untuk tidak sepakat tetapi tetap menjunjung rasa saling mengerti, menghormati dan menghargai.
Artikel ini untuk menanggapi artikel BlogCamp berjudul Bumbu Persatuan Rasa Tawuran tanggal 16 Juni 2012
wah pertamax nich...saling menjaga kerukunan itu lebih baik
ReplyDeletecampur premium ya mba biar murahan dikit hehe
Deletewah gemes tu sama orang yang tawuran, kalau kata una, pengen cubit tu pipinya... ampe terkelupas tu kulit kalau perlu ya...
ReplyDeletelomba ya ini, sukses dah ya
nyubit pake apa? tang?? ckckc sadis ih una :D
DeleteTawuran cuma menambah masalah menjadi besar! itu sama aja ibarat api yang di lawan jadi api maka api itu akan membesar! lebih baik mengalah aja.
ReplyDeletebetul Mi, sama2 marah malah tambah parah
Deleteaku sangat tertarik diparagraf terakhir.. sungguh indah aku baca..
ReplyDeletesemoga aku bisa mengamalkannya selangkah demi selangkah...
terima kasih pencerahannya...
I like u..
semoga kita semua bisa mengamalkannya
Deleteaamiin..
DeleteSahabat tercinta,
ReplyDeleteSaya telah membaca artikel anda dengan cermat.
Artikel anda segera didaftar.
Terima kasih atas partisipasi anda.
Salam hangat dari Surabaya.
makasih pak dhe
DeleteMemang sungguh disayangkan. Indonesia yang terkenal cinta damai di mata dunia ternyata tidak bisa menjaga predikat itu.
ReplyDeleteyup, mauan aja siih di provokatorii :)
Deletedi tempat saya ada anak kecil mainan hape kan, lalu ada lagu yang menarik telinga saya.. saya tanya lagu apa itu. dia jawab, ini lagu "mars tawuran".
ReplyDeletebener-bener ada itu. ati-ati untuk kita, kulturisasi tawuran benar-benar ada.
ini buat kontes ya? asiik, semoga menang!
haah mars tawuran?? ckckck tuhkan berarti emang ada yang sengaja kan menyetting kita seperti itu, oknum tuh
DeleteAamiin
Intinya,beda partai, kampus, kerja, pendapat dll itu sama wajar yang penting masih menjunjung tinggi asas Bhinneka Tunggal Ika
ReplyDeleteharusnya sih begitu
Deleterrrrrr, kotak komennya akhirnya muncul juga.
ReplyDelete("=__=)
inilah yg juga kerap bikin gemes mbak, perilaku masyarakat kita.
Beda pendapat dikit, langsung deh, golok melayang.
waduh knp kotak komennya? lola kah?
Deletehooh ya.. balik lagi ke hukum rimba
yang lola koneksi internet saya mbak. hehe...
Deletengeriiii, jadi takut membayangkan masa dpn anak2 kelak. penanaman pondasi akhlak hrs diberikan dr awal...
ReplyDeletesemoga Alloh selalu melindungi keluarga kita, amien
yup 'dibekali' dari rumah..
DeleteAamiin
baeklah.. saya sepakat untuk tidak sepakat, dan saya sepakat untuk tidak ada yang memprovokasi buat tawuran atau berantem2an.. hidup damai!
ReplyDeleteokeh din saya juga sepakat :D
Deletebukannya reda, malah makin gede masalahnya. ampun gusti
ReplyDeletepasti orang jawa, abisnya Gusti :D
DeleteSepakat! :D
ReplyDeletetooss
DeleteTrus kalo tawurannya di Makassar, media koq sepakat ya makin menghembus2kannya. Sering tdk berimbang kelihatannya. Sampai2 suami saya beberapa kali dicalla sama temannya dari daerah lain: "Apa tidak malu? ... bla bla" katanya :(
ReplyDeletenaah tadi juga saya udah menuliskan 1 paragraf tentang tawuran di sana mba, tapi saya hapus takut terkesan SARA. saya pernah membicarakan hal itu dengan suami, dia bilang "di Makassar kan panas jadi orangnya gampang emosian, ga kaya di daerah lain yang dingin, coba aja ga pernah kan ada berita kalau di Bandung ada tawuran? karena di sana adem jadinya orang2nya cooling down semua", suami saya cuma jawab begitu :D
Deleteaku kirim emailnya Nizar Ali lewat e-mail ya, semoga berkenan menjawab beliau ini.
ReplyDeleteMoga-moga menang ikut jamborenya
aku maunya ym nya mba ami, bukan Nizar Ali
Deletemakasih mba :)
saya setuju dengan akhir kalimatnya,memang susah untuk maanusia jaman sekarangmah mba,mudah mudahan saja semuanya bisa di atasi dengan hukum atau secara musyawarah.
ReplyDeletetks infonya.
Happy bw.
happy bw
DeleteYa Allah, tawuran x_x
ReplyDeletedi sana sering kan :D
DeleteKunjungan malam. O ya, jangan lupa follow back ya? Saya sudah jadi follower #155 thanks :)
ReplyDeletePertikaian emang cara yang paling lama untuk menyelesaikan masalah. Terbukti dengan perang-perang terdahulu... Nampaknya makin hari makin menjadi.....
ReplyDeleteyup, kalau kata anak sekarang 'makin hore'
DeleteIkut lomba sama pakde cholik juga ya mbak..?? sukses deh.. lombanya.. artikelnya top markotop.. saya juga tidak sepakat.. dengan masalah ini.. taawuran memang membuat dan juga menggangu ketentraman dan aktivitas umum..! memang dari dulu juga sudah populer,, dari sejak saya smp,, tawuran sudah menjadi makanan sehari2,, tapi saat itu saya memilih tidak ikut2an dan lebih baik menghabiskan uang jajan daripada ikut tawuran hehehe.. maklum makan mulu kerjaannye.. okeh.. deh.. mbak.. saya nyuci baju dulu nih.. mumpung masih malem.. ngantri di kosan.. hehe..
ReplyDeleteselamat nyuci deh hehe
DeleteKontes lagi, N? Bujug dah... #ambil senjata
ReplyDeletetawuran mah artinya emang kayak gitu, jadi bukan perluasan makna kalo cuma ngebahas peserta tawurannya. Entah itu pelajar, suporter, warga desa, dll... Dari dulu juga udah membudaya kok! :-P
banyak2in postingan :P
Deletedulu mah warga ga tawuran kale, cuma anak sekolahan doang :P
Tapi ada juga tawuran yang berbau politik dan disengaja untuk mengalihkan perhatian/isu - isu negara lo. Intinya yang penting kita jangan mau diadu domba. Mari kita sebarkan rasa kasih sayang dan rasa kemanusiaan.
ReplyDeletenaah itu juga tambah banyak tuh, kalo dulu kan jamannya orba bukan dengan tawuran untuk meredakan suatu isu, palingan di culik terus hilang :D
Deletebuset dah..
ReplyDeleteada kontes langsung ikut disikat :D
mayan kan jadi nambahin postingan heehe
Deletewew, sepakat untuk tidak sepakat, hmmm seperti ada kandungan konspirasi nih, hihihiy :p
ReplyDeletekalo dulu jaman sekolah, ada sebuah motto yg penah saya ingat jeng, yaitu "jangan sampe sekolah mengganggu tawuran", hihihiy, kalo sekarang udah ganti "jangan sampe pekerjaan mengganggu naek gunung", hehehehe, piss ya jangan di timpe :P
kandungan konspirasi? sok iluminati ah *hehe apa coba
Deletekaga di timpe cuma di jitak..
wah ganti kulit lagi mb, heheh..pantes pangkling ki aku. hehe
ReplyDeleteemang susah yah.Klo bgni.
malu kadang2 denger dan melihatnya
iya bosen sama casing yang lama :P
Deleteiya saudara seiman setanah air tapi ribut.. fiuh
yg tawuran tu punya otak cuma buat pelengkap kepala doank... gak dibuat mikir...
ReplyDeletemikir sih, tapi mikirin gimana caranya menang dengan segala cara :)
DeleteNice post sob.......^_^
ReplyDeletesemua masalah tidak perlu di selesaikan dengan kekerasan....^_^
yuppy ^_^
Deletememang ilmu dibutuhkan untuk membangun kesadaran
ReplyDeletetak hanya itu, pengendalian ego juga dibutuhkan
karena terkadang ego menutupi ilmu
ilmu dan iman harus berjalan bersama-sama, karena kalau tidak ada sala satunya akan timpang
Deletetapi seru mba....huhuhu saran deh, boleh aja tawuran, tapi slow motion.....berantemnya pelan-pelan....
ReplyDeletehahahah boleh juga tuh, slow motion lucu kali yak.. kalo ga yang doyan tawuran di suruh ke afganistan aja gimana? :P
Deletewaduh mau komentar apa ya,,jadi bingung,,jempol aja deh..he he he
ReplyDeletelike this
DeleteMampir lagi sob.
ReplyDeletetrims
Deletemari sepakat cinta damai...bersatu kita teguh bercerai cari lagi biar dapat bersatu hehehehehe
ReplyDeletepiss......
cari lagi?? wiihh belum2 udah pengen cari lagi aja :D
Deletewow, tawuran salah satu ciri rusaknya moral bangsa. dan ini tidak boleh dianggap sepele. perlu adanya tindakan antisipatif
ReplyDeletegimana mengantisipasinya ya? wong sama aparat aja udah berani
Deletenamanya juga manusia
ReplyDeleteisi kepalanya beda beda
memaksakan seragam sama juga ngajak tawuran
hehe
isi kepala memang beda-beda tetapi selain emosi dan rasa marah, Sang Pencipta juga memasukkan kasih sayang dan saling menghormati ke dalam kepala manusia :)
DeleteSepakat deeeh...
ReplyDeleteketimbang ditimpuk sendal *lariii*
ga akan ditimpuk, sayang sendalnya hehehe
DeleteKurang tegasnya orang tua, guru, dan petugas keamanan untuk mendidik dan mengarahkan anak ke hal yang positif.
ReplyDeleteIkut kontes ya sob, semoga menang ya :)
yup, emosinya di salurkan ke tawuran, mendingan ke olah raga ya sob atau kerajinan tangan gitu :D
DeleteLuar biasa !!
ReplyDeletebiasa di luar
Deleteperlu belajar dari anak TK mbak kali
ReplyDeleteorang-orang yang tawuran itu
hehe....
anak TK emang paling keren, brantem.. nangis.. semenit kemudian udah main bareng lagi :)
Deleteini artikel bagus.... semgoa menang ya... kita memang harus mengakui perbedaan itu dan tidak mennggapnya sebagai pemisah tapi pemersatu....
ReplyDeleteiya harusnya begitu ya pak, makasih
Deletebalik maning..
ReplyDeletesilakan
Deletebaca ini jadi ingat MIB 3, lets agree to disagree.
ReplyDeleteiya saya pun dapetnya dari si penjahatnya itu :D
Deletekemarin udah baca lewat hape sekarang bingung mau coment apa udah lupa haha.. *piz
ReplyDeletemari damai dimulai dari damai dengan diri sendiri, minimalisir ego dan emosi..
lain kali di catet aja biar ga lupa :D
Deletesetuja
tawuran itu ga bangeeet, buang2 energi saja...
ReplyDeleteitulah, mendingan ngeblog ya :P
Deleteini harus kompak gan ,.
ReplyDeletenaah ngompakinnya itu harus dengan meminimalisir ego
Deletesmg semua elemen bs intropeksi diri..., terutama org tua tuh..., *smile
ReplyDelete:P belom2 udah nyalahin orang tua, kualat hehe
DeleteMasyarakat indonesia, masih banyak ya gan yg belum pada dewasa ??
ReplyDeleteyoi, tua itu pasti tapi menjadi dewasa adalah pilihan
DeleteBetul ..
ReplyDeleteBudaya tawuran HARUS dihilangkan... Itu jelas membuat masa depan bangsa menjadi suram,,
Salam ^ ^
betull
Deletesalam ^^
marii
ReplyDelete