“Ismi mau melanjutkan kuliah dimana?”
Ibuku bertanya di suatu sore, tangannya masih sibuk menggoreng tempe.
“Memang ibu punya uang?” tanyaku.
“Insya Allah ada, tidak banyak sih tapi
cukup untuk pendaftaran kuliah. Dan untuk bulanannya Kak Fenti pasti mau
membantu.. Uhuk.. uhuk.” Ibuku terlihat lemah, akhir-akhir ini mulai
sakit-sakitan. Sebenarnya aku tidak tega tapi..
“Carilah kampus yang murah, yang penting
kamu kuliah,” katanya lagi.
Antara senang dan khawatir akan keadaan
ibu, aku mulai kuliah. Satu tahun berlalu dan kondisinya semakin terlihat tidak
sehat. Ia sangat lemah.
“Dokter kan mahal, sudahlah tidak usah.
Nanti juga ibu sembuh” begitu selalu ia berkilah. Tapi nasib berkata lain,
beliau bukannya sembuh melainkan bertambah parah.
Di penghujung tahun 2003, aku dibantu
tukang becak dekat rumah membopong ibu menaiki becak dan membawanya ke Rumah
Sakit.
“Kenapa baru dibawa ke sini? Ibu kamu
sudah stadium akhir.”
Masya Allah, stadium akhir?? Aku tak
mengerti.
“Maksud Dokter?”
“Ibu kamu kena kanker, koq bisa kalian
tidak menyadarinya?”
Astaghfirullahal’adzim rasanya aku mau
pingsan.
*****
Aku dan Kak Fenti benar-benar sudah
habis-habisan mengobati ibu. Dan dengan tegarnya beliau berkata “Ibu mau
pulang, dirawat di rumah saja.” Aku teringat Ayah, andai ia tidak meninggalkan kami dan memilih perempuan lain, mungkin sekarang kami tidak sesulit ini. Maafkan kami Bu.
Terpaksa kami membawanya pulang. Bergantian aku dan kakakku merawat beliau. Kuliahku? Ah jangan kau tanya bagaimana nasib kuliahku, karena aku telah berhenti. Cukup D-1 saja yang aku tulis di Surat Lamaran Kerja. Tak menjadi soal aku bekerja sebagai buruh pabrik. Itu sudah cukup. Bagiku, Ibu lebih penting dari semua yang ada di dunia ini.
Di kala teman-teman sebayaku berkuliah,
aku sibuk mengelap keringat di antara benang dan gunting di salah satu Perusahaan Garment. Ketika teman-temanku asyik
berjalan-jalan ke Mall, aku berada di rumah menemani dan merawat Ibu.
Hari-hari menjelang kepergiannya kondisi
Ibu benar-benar drop. Mungkin kalian akan jijik dan mual ketika kalian sedang
makan tetapi ada seseorang yang berkata tidak pantas, tapi bagiku itu bukan
apa-apa, karena aku terbiasa menghentikan makan malamku dan membersihkan
kotorannya. Di akhir hidupnya, Ibu sudah tidak bisa bangun dari tempat tidur, sudah kewajiban kami berdua untuk mengelap tubuh dan mengganti popoknya.
*****
Kini.. 9 tahun telah berlalu setelah ia
tiada. Tetapi rinduku tidak pernah padam. Ibu, andai kau masih disini kau akan
tersenyum bahagia melihat 2 orang cucumu yang sehat dan lucu. Ya aku telah
menikah 6 tahun yang lalu tanpa disaksikan oleh kedua orang tuaku, bukannya aku tak mencari ayahku, aku justru menemukannya setelah pencarian panjang, tetapi yang aku temukan hanya namanya yang tertulis di sebuah nisan di daerah pekuburan, ayahku pun telah meninggal dunia. Namun kesedihanku terhapus oleh seorang pria baik hati nan shaleh yang melamarku. Tanpa memandang statusku yang miskin dan yatim
piatu, keluarganya merestui kami dan menggelar resepsi yang cukup mewah. Aku
merasa Allah selalu mempermudah langkahku, mempermudah kelahiran kedua anakku,
mempermudah kami untuk membeli rumah dan lain sebagainya.
Alhamdulillah, aku merasa hidupku mulus
dan penuh berkah. Apakah ini karena baktiku dulu kepada ibu?
Entahlah, namun yang pasti dalam setiap sujud akhirku aku mendoakan kedua orang tuaku. Aku menyayangi ibu dengan kebesaran jiwanya, dan aku pun menyayangi ayah dengan segala kekurangannya. Ayah.. Ibu.. aku rindu kalian.
"Bunda.. bunda kenapa nangis?"
Ah ternyata aku melamun sampai tak sadar kalau putri kecilku sudah berdiri di hadapanku, "Tidak sayang, bunda tidak apa-apa." Ibu aku ingin sepertimu di mata anak-anakku.
"Bunda.. bunda kenapa nangis?"
Ah ternyata aku melamun sampai tak sadar kalau putri kecilku sudah berdiri di hadapanku, "Tidak sayang, bunda tidak apa-apa." Ibu aku ingin sepertimu di mata anak-anakku.
*maaf kalau ada kesamaan nama/tokoh, ini fiksi :)
tumben panjangan dikit dan isinya agak padat ga gantung =)
ReplyDeleteJadi inget neneeeeeek =(
lagi mood :P
Deletessssttt berisik :D *pukpuk
Pasti memang itulah imbalan karena baktimu kepada orangtua, Nak :)
ReplyDeleteSo touchy, serius...
kalo Uzay inget nenek, kalo aku jadi inget ibu di rumaaaah. tangannya lagi sakit hiks (malah curhat)
Rumahmu baru, Mbak? Lengkap sama penguinnya segala :D
kalo berbuat baik/buruk sama ortu balasannya ga nunggu di akhirat, di dunia pun langsung terbalas, katanya sih begitu :)
Deletewaduh sakit kenapa wury, semoga cepet sembuh ya Ibumu
iya baru kemarin ganti hehe
menyentuh :)
ReplyDeletekalo membayangkan sosok ibu... masyaa Allaaah, akan tau jika sudah menjadi ibu :')
kalau udah jadi ibu baru deh ya merasakan gimana susah senangnya :D
Deletepinguinnya lucu...:*
ReplyDeleteOh bunda ada dan tiada dirimukan selalu ada di dalam hatiku....syallalala *fales mode on
hhehehe...
iyaa aku juga sukaa *cubit pengu
Deletegpp deh fales juga asal jangan banyak2 yaa nyanyi nya mihihi
ih sedih nih jadinya, hmmmmptttt #masukin kaen pel ke idung, wew :P
ReplyDeleteduuhh profilenya blm di cek nih jeng??? link mu jadi gak kedetek tau :p
set daah itu idung segede apahh.. :P
Deletekayanya udah deehhh :(( eh iya belum soalnya tadi lagi nyari kode buat si pengu jalan2 :P
hmm, pantesan tuh ada si pengu kebingungan mondar mandir, hihiy :D
Deletenah gitu dong, udah oks nih, siip jeng :P
iya dia kan pengu galau kekekek
Deleteudah ya.. hore
wah aku baca tulisan terakhirnya ketawa, jangan di angap serius mba. hehehe, itu kemarin cuma becanda aja.. tapi seru ko ceritannya, ehm, koment apa y? wah susah dah ngebayangin bisa kaya gitu, ehm, semoga aja aku di beri kekuatan agar bisa setegai ia.
ReplyDeleteemailku, drieant_18[at]yahoo.com, ok. di tunggu konfirmasinya ya.
eh tapi emang bener loh, jadi aku menganggapnya sebagai saran hehe.. Aamiin..
Deleteok, terima kasih yaa :)
heheh, yaud. lakukan yang terbaik aja dah. btw ud ane acc rekomendasinya, tinggal dari pihak IBNnya ya, soanya keputusan di tanggan dia. ane bantu doa aja dari sni semoga di trima ya.. ok mba.
Deletebtw di profil bloger bermasalah lagi ya mba, ga ada nama blog nya mba. cek aja lagi, ga tau kenapa. sering gitu jadinya.
udah ya? okay makasiihh..
Deletemasa siihh?? kemarin udah dibenerin :(( iya nanti aku cek lagi makasih yaaa :)
ini fiksi ya,
ReplyDeleteceritanya sederhana, tapi mengalir dan dalem bener ceritanya, suka :)
jadi inget ibu >.<
iya ini fiksi :), kalo ceritanya ribet butuh alur yang panjang hehe ;)
Deletehemmmm semuga semua yang telah dilakukan mendapatkan ridhonya...
ReplyDeleteridhoNya atau ridhonya?? :D
Deletejadi ingin bisa lebih berbakti pada ortu
ReplyDelete:) harus dong r10
Delete"..ketika kalian sedang makan tetapi ada seseorang yang berkata tidak pantas.."
ReplyDeletesaya agak terkesiap membaca ini. agak menodai karakter ibu disini, buat saya.
selebihnya, sempurna!
saya cuma memberikan gambaran mengenai keadaan ibu yang sudah sangat payah, di sini saya ingin menekankan pengabdian si anak lewat kata2 "karena aku terbiasa menghentikan makan malamku dan membersihkan kotorannya".. sedangkan kata2 "..ketika kalian sedang makan tetapi ada seseorang yang berkata tidak pantas.." adalah untuk menekankan bahwa kadang kita suka diisengin sama teman, pas kita lagi makan tiba2 teman berkata "duh mau p*p, sakit perut, lagi diare" untuk sebagian orang kata2 itu menjijikkan apalagi ngomongnya pas lagi makan -,-"
Deleteanyway, trima kasih pa zaaach :)
Kisah cerita perjalanan hidup dalam keluarga yg sangat mengharukan..
ReplyDeleteAkh...jadi pengen peluk mpok,,
ReplyDeletempokk... aku juga rindu kamu :)
me toooo *peluk guling eh peluk nay :P
DeleteGulingku namanye vino lho...#pmaer :p hahaha
Deletewkwkwkwk kamu termasuk GALAU ya? Guling Always Listening And Understanding :P
Deletehadeuh..
ReplyDeletejadi pengen pulang.
lama banget ga pulang kampung...
kalau kampungnya deket lumayan tuh 2 hari tapi kalau jauh.. hmm telpon aja kali yak :D
Deletesubahanalloh ... aku terharu sumpah walapun fiksi ... jadi kangen ibu ...
ReplyDeleteaku juga huhu
DeleteBunda,
ReplyDeleteTerberkatilah dirimu wahai bunda,
Engkaulah salah satu anugerah terbesar yang Allah pernah turunkan di dunia ini,
Karena ridho mu adalah rindhonya Allah SWT
dan di bawah telapak kakimu, adalah surganya Allah SWT
Bunda, aku rindu padamu...
Bunda, aku sayang padamu...
Bunda, aku cinta padamu..
:) *sodorin tissue*
Deleteterima kasih tissuenya,.. :)
Deletedan aku kembali menjadi lelaki melankolis lagi setelah lihat postingan ini :'(
ReplyDeletesekali2 laki2 perlu melow hehe
Deleteakhirnya tidal happy ending... begitu pengabdian searing anak kepada ibunya... ceritanya bagus.. pinter suka dengan alurnya juga...
ReplyDeletenulisnya buru2 ya pak :D #typo
Deleteyup anak yang berbakti :)
*berkacakaca :'(
ReplyDeleteJadi inget Dhana Widyatmika pula saya pas baca fiksi ini. Kisah berbakti pada ortu yg sampe sedemikian rupa, keren luarbiasa.
Btw itu kolom komentarnya jadi simpatisan, saya yg baru baca apa emang baru diganti mbak? Dah mirip partai aja pake simpatisan :p
dhana widyatmika itu sopo? iya baruuu aja diganti hihi lucu ya :P
DeleteJadi terharu mbak. Benar2 menggambarkan anak yg berbakti pd ibunya. . . .
ReplyDelete:) semoga bisa di tiru
Deletefiksi? T___T kirain..
ReplyDeletefiksi aja ya kakhaaa hehe
Delete(T^T)
ReplyDelete...speechless...
^___^
DeleteMenyentuh sekali mbak, huhuhu...
ReplyDeleteKangen ibukkk...
dikau mang dimana unceee
Deletejadi inget sosok ibu... dan ternyata kita akan selalu teringat sosok ibu sampai kapanpun, karena kita besar juga karena jasa ibu :)
ReplyDeletewah kejadian yang sama aku juga dulu ingin melanjutkan sekolah SMA tetapi tetapi melihat kondisi keuangan keluar aku jadi engak tega terpaksa aku hanya ijazah SMP tetapi sebagai balasan nya aku harus menyekolah kan anak ku minimal sampai S1...(walau banyak bukti s1 bukan jaminan punya kerjaan )beruntung meskipun dengan hanya berijazah SMP aku bisa nyekolahin anakku sampai akhirnya sekarang lulus SMA dengan kerjaan sebagai EDiting foto wah kepanjangan yach koment nya ...salam kenal buat Author/penulis :D
ReplyDelete