"Li.. sebenarnya apa yang terjadi waktu itu? Mangga itu kalian dapatkan dari mana?" Amel dan lainnya sudah berdiskusi untuk menanyakan hal ini kepada Jali, mereka perlu tahu apa yang menyebabkan kepergian Andi.
Jali diam sebentar, ada kesedihan pada wajahnya, "Waktu itu.." ia menghela nafas "Andi ngajakin gue ke atas bukit, disitu ada rumah tua ngga ada penghuninya. Andi pengen ngambil mangga yang ada di dekat rumah itu."
"Lo ga lihat ada yang aneh di situ?"
"Gue lihat sekelebatan, bayangan warna putih menjauh dari pohon, gue udah bilang sama Andi tapi dia ga lihat apa-apa, gue ajakin turun dia ga mau." Jali menunduk, ia merasa bersalah karena tidak bisa meyakinkan Andi untuk turun saat itu.
"Mangga-mangga itu udah gue bawa ke om gue yang Dokter, setelah dilakukan pemeriksaan kata om gue mangga itu beracun."
"Aneh, koq bisa beracun Sis?"
Siska mengangkat bahu tanda tak tahu.
==========================================================================
"Andi, kamu sedang melihat apa?" Bu Lastri berjalan ke teras rumah dan melihat Andi terpekur, sebenarnya Bu Lastri tahu apa yang sedang diperhatikan oleh Andi. Rumah itu, rumah yang posisinya agak tinggi dari rumah yang lain karena letaknya ada di atas bukit.
"Itu rumah siapa Bu?" Andi memang orang baru di desa ini, tepatnya ia dan teman-temannya yang sedang PKL. Mereka berjumlah enam orang, tiga orang mahasiswa dan tiga orang mahasiswi jurusan pertanian. Andi dan dua orang teman mahasiswanya menginap di rumah Pak Agus dan Bu Lastri, selaku Wakil Kepala Desa, sedangkan tiga orang lainnya menginap di rumah Pak Kepala Desa.
"Rumah itu sudah lama tidak dihuni, rumah itu angker, kamu jangan sekali-sekali ke sana ya." Seakan tahu apa yang ada dalam pikiran Andi Bu Lastri berkata demikian. Tetapi Andi bukanlah orang yang bisa ditakut-takuti dengan kata-kata 'Angker' atau sejenisnya, jiwa penasarannya justru bergejolak.
Keesokannya ketika mereka telah selesai melakukan penelitian harian, ia menepuk pundak Jali agar mengiringi langkahnya. Teman-teman yang lain berjalan di depan mereka. "Li, kita ke atas sana yuk." Tangannya menunjuk ke arah bukit. "Ah ga mau ah, capek, keringetan nih mau mandi." Tapi Andi masih memaksa, "Ya elah bentar doang, tadi gue lihat ada pohon mangga di situ, kan enak makan mangga sore-sore begini, maknyuus." Mendengar kata mangga Jali mulai terhasut, iya juga ya, udah lama nih ga makan mangga, gratis pula, sekalian bawain yang banyak buat yang lain, Jali berkata dalam hati. "Terus mereka?" Dilihatnya teman-teman yang lain semakin menjauh. "Ga usah, kita bawain aja, mereka pasti senang." Dan mereka berdua berjalan membelok ke arah bukit.
Matahari semakin condong ke barat, sinarnya sesekali menyembul dari balik rumah tua. Andi dan Jali harus memicingkan mata agar tidak terkena pantulannya. "Ih apaan tuh?" Jali menunjuk ke arah rumah, "Apaan? Ga ada apa-apa," Andi melihat ke arah yang ditunjuk dan tidak mendapati sesuatu yang mencurigakan. "Gue merinding nih, pulang aja yok." Jali berbalik arah tapi Andi menahannya, "Apaan sih lo penakut banget, bentar aja kita ke situ, cuma ngambil mangga doang abis itu kita balik," Dan sekali lagi Jali menurutinya.
"Kalian dari mana sih?" Wisnu dan Pak Agus sudah bersiap-siap akan ke Surau terdekat, shalat maghrib berjamaah.
"Kita abis ngambil mangga Nu, nanti kita makan bareng-bareng ya." Andi nampak sumringah, berbeda sekali dengan wajah Jali yang terlihat pucat.
"Ambil mangga dimana Nak Andi? Ah sudahlah kalian cepat mandi lalu menyusul ke surau ya, kami pergi duluan."
"Baik Pak nanti kami menyusul."
Sekitar jam delapan setelah mereka selesai shalat isya dan makan malam, mereka ke-enam mahasiswa PKL berkumpul di teras rumah Pak Kades, tidak lupa Andi membawa mangga-mangga hasil petikannya. "Wiihh enak niih.." Rindu langsung mengambil beberapa buah mangga dari dalam tas Andi, "Mel.. ambil pisau gih, kita pesta mangga," Rindu berkata kepada Amel yang langsung dengan sigap pergi ke dapur, tetapi tak lama kemudian Amel kembali sambil cemberut, "Yaa ga ada pisau di dapur, gue ga tahu ah, inikan bukan rumah gue nanti dikira lancang lagi, tunggu Bu Sari aja deeh". Bu Sari yang dimaksud adalah Bu Kades yang saat ini masih di surau untuk pengajian mingguan.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, mereka sudah letih dan banyak menguap, "Lanjutin besok ya guys, tired nih." Siska menutup laptopnya. "Hooh, ngantuk." Yang lain mengiyakan. "Oke deh lanjutin besok, eh iya jadi nasibnya mangga gimana nih?", bersamaan mereka menatap ke arah mangga-mangga yang masih berada di dalam tas ransel Andi, mangga yang telah ranum dan harum. "Pengen sih tapi.. besok aja deh, udah loss appetite," sekali lagi yang lain mengiyakan.
"Di.. Andi.. woy banguun," pukul setengah lima Wisnu mengetuk pintu kamar Andi, Andi memang tidur sendiri karena kamar yang ia tempati lebih kecil, sedangkan Wisnu menempati kamar yang lebih besar bersama Jali. Ketukan Wisnu tidak mendapat jawaban, lalu ia memberanikan diri membuka pintu dan melihat Andi masih tertidur, dengan posisi badan miring ke kiri menghadap tembok, "Di.." ia mengguncang pelan tubuh Andi, tetapi tubuh itu dingin. Matanya masih menutup dan ada busa yang keluar dari sela-sela bibirnya. "Andi... lo kenapa?" Di meja samping tempat tidur terdapat sebuah pisau dan kulit mangga.
Pagi itu kampung Rawabojo yang biasanya tenang sontak menjadi riuh karena seorang mahasiswa dari kota telah meninggal dunia.
☼☼☼
"Kalian dari mana sih?" Wisnu dan Pak Agus sudah bersiap-siap akan ke Surau terdekat, shalat maghrib berjamaah.
"Kita abis ngambil mangga Nu, nanti kita makan bareng-bareng ya." Andi nampak sumringah, berbeda sekali dengan wajah Jali yang terlihat pucat.
"Ambil mangga dimana Nak Andi? Ah sudahlah kalian cepat mandi lalu menyusul ke surau ya, kami pergi duluan."
"Baik Pak nanti kami menyusul."
Sekitar jam delapan setelah mereka selesai shalat isya dan makan malam, mereka ke-enam mahasiswa PKL berkumpul di teras rumah Pak Kades, tidak lupa Andi membawa mangga-mangga hasil petikannya. "Wiihh enak niih.." Rindu langsung mengambil beberapa buah mangga dari dalam tas Andi, "Mel.. ambil pisau gih, kita pesta mangga," Rindu berkata kepada Amel yang langsung dengan sigap pergi ke dapur, tetapi tak lama kemudian Amel kembali sambil cemberut, "Yaa ga ada pisau di dapur, gue ga tahu ah, inikan bukan rumah gue nanti dikira lancang lagi, tunggu Bu Sari aja deeh". Bu Sari yang dimaksud adalah Bu Kades yang saat ini masih di surau untuk pengajian mingguan.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, mereka sudah letih dan banyak menguap, "Lanjutin besok ya guys, tired nih." Siska menutup laptopnya. "Hooh, ngantuk." Yang lain mengiyakan. "Oke deh lanjutin besok, eh iya jadi nasibnya mangga gimana nih?", bersamaan mereka menatap ke arah mangga-mangga yang masih berada di dalam tas ransel Andi, mangga yang telah ranum dan harum. "Pengen sih tapi.. besok aja deh, udah loss appetite," sekali lagi yang lain mengiyakan.
☼☼☼
"Di.. Andi.. woy banguun," pukul setengah lima Wisnu mengetuk pintu kamar Andi, Andi memang tidur sendiri karena kamar yang ia tempati lebih kecil, sedangkan Wisnu menempati kamar yang lebih besar bersama Jali. Ketukan Wisnu tidak mendapat jawaban, lalu ia memberanikan diri membuka pintu dan melihat Andi masih tertidur, dengan posisi badan miring ke kiri menghadap tembok, "Di.." ia mengguncang pelan tubuh Andi, tetapi tubuh itu dingin. Matanya masih menutup dan ada busa yang keluar dari sela-sela bibirnya. "Andi... lo kenapa?" Di meja samping tempat tidur terdapat sebuah pisau dan kulit mangga.
Pagi itu kampung Rawabojo yang biasanya tenang sontak menjadi riuh karena seorang mahasiswa dari kota telah meninggal dunia.
kerenn rumahnya
ReplyDeletebuat inspirasi kelakkk
ihs rumahnya serem tuuh
Deleteeh, kok si Andi makan buah mangganya sey? Kan udah tahu kalau beracun...ya Andi meninggal deh..
ReplyDeleteAndi belom tau mba :D
Deletesaya boleh menginterpretasikan berbeda atas penyebab kematian Andi kan?
ReplyDeletepasti dia sakit jantung deh.. (menghindari kesan serem rumah tadi atau penyebab lain karena adanya pisau di sekitar Andi)
boleh pak, sok atuh.. itulah enaknya cerita yang menggantung, bisa di terjemahkan secara bebas oleh pembaca :D
Deletetired - loss appetite <--- enaknya tulis miring =D
ReplyDeleteMangga apakah itu? sampe meninggal =D
ga ah males :P
Deletebelom tentu yang bikin meninggal mangganya.. punten.. mangga *apa deh*
its oke!
Delete:D
Deleteuzay bener kak, bahasa asing sebaiknya miring. :)
Deleteok makasih ya both of u :)
Deleteehh mbak..
ReplyDeletemungkin sedikit saja saran dari saya yang kebingungan.. :)
adakah label untuk posting yang ini..?
maksudnya, tergolong fiksi kah..? atau inspired by true story? atau apa begitu..
saya jadi nemebak2.. :D
eh iya...
Deletesebenarnya semua postingan saya berlabel tapi entah kenapa sejak ganti template labelnya ga muncul... huahuuhuhuhaahuhuhuhu
Seandainya q disuruh tinggal gak akan berani deh. Meskipun ada temennya
ReplyDeleteember
Deleteni lanjutan ya mba..?? saya ga baca awalnya.. ko ga di kasih link cerita awalnya sih..
ReplyDeletebukan lanjutan :)
Deleteendingnya serem... hi..
ReplyDeletekiraain cerita horor tuh.... jadi gimana tuh dengan kematian andi.. bersambung tidak ceritanya....
ReplyDeletebersambung ga yaa :D
Deletetes...
ReplyDelete(konfirmasi aja, apa lagi trouble ya ni blog kita, saya komen ke temen2 pas jam istirahat tadi koq nggak ada yang muncul..)
ada beberapa komen yg masuk ke spam, termasuk punya pak zach. kalau disini sih yang lagi trouble speedy nya pak dari tadi hengki terus
Deleteitu di kutuk kali ya barang siapa mengambil mangga itu akan meninggal...
ReplyDeletehmm bisa jadi
DeleteFFnya kurang pendek kak. :)
ReplyDeletemungkin ada beberapa kalimat yg harus dipangkas!
baiklah kalau begitu ini bukan FF tapi Fiction :)
Deletebayangan putih... pocong atau kuntilanak nih :D
ReplyDeleteApa yaa...
Deleteapa yah hubungan antara kelebat cahaya putih dengan racun.. #lagi linglung
ReplyDeleteHarus ada sambungannya biar ada korelasinya :)
Deletewow pesta mangga.. apa gag sakit perut nantinya tuu kang?!?! :p
ReplyDeletega jadi pesta mangganya mbak
DeleteKalau Andy yang ini kurang suka mangga mba,soalnya lebih suka Jeruk :)
ReplyDeletetp rumahku memang bener diatas tebing alias paling tinggi diantara yang lain loh mba
tapi bukan Andy yang komen ini yang meninggalkan dunia di postingan saya :D
DeleteYah ngeri amir tuh cerita gak ada setannya kok malah mati haduh kasian3x
ReplyDeleteada koq, cuma sekelebatan he3x
DeleteInnalillahi wa inna ilaihi roji'uun.. Sepertinya Andi fobia ketinggian deh..
ReplyDelete*asal tafsir :))))
:)) silakan menafsirkan apa aja, bebassss :P
Deleteceritanya sungguh nikmat dibaca..
ReplyDeleteI like it..
gud joobb
Deletemangga jenis apa tuh mbak?
ReplyDeletembak, kalo posting yang serem-serem sebaiknya waktu malam jumat
biar kesan seramnya lebih terasa :)
mangga apa ya? wah saya juga kurang menguasai jenis2 permanggaan
Deleteoh gitu, hmm baiklah :D
based on true story kah ?
ReplyDelete