Dira sedih melihat hujan. Beberapa bulan lalu ia masih pencinta hujan. Berlari di halaman belakang sembari merentangkan kedua tangan dan menengadahkan kepala. Bau tanah basah, tetesan air di daun dan dahan, ia menyukai hujan. Sampai ketika kecelakaan itu merebut kuasa atas kedua kakinya. "Hujan, bagaimana aku bisa bermain denganmu kalau berdiripun aku sudah tak sanggup" dengan kasar ia menutup jendela kamarnya, sudah tak sudi melihat turunnya air dari langit.
"Sayang.. ada Sabri tuh datang" Bunda memasuki kamar setelah mengetuk pintu, memberitahukan bahwa Sabri bertandang. Ia mengenal Sabri sejak di SMA, Sabri adalah kakak kelas sekaligus senior Paskibra di sekolahnya. Kini Sabri sudah bekerja di sebuah perusahaan Oil and Gas, sedangkan ia -seharusnya- saat ini sedang menyusun skripsi, tetapi lagi-lagi kecelakaan itu merebut minatnya.
"Hei.. Dora, lemes amat, ngapain aja seharian?" Sabri biasa memanggilnya Dora, pelesetan dari namanya.
"Bete!!" jawabnya singkat.
"Kalau ngga mau bete, keluar rumah dong. Kuliah lagi atau.. jalan-jalan ke Mall yuk"
Dira menggeleng.
"Alasannya?"
Ia tidak menjawab tetapi sebenarnya Sabri sudah tahu alasan Dira mengurung diri dalam rumah.
"Malu? Malu sama siapa? Sampai kapan kamu malu?"
Dira masih terdiam. Ya betul ia malu, merasa tidak berdaya duduk di atas kursi roda, perlu bantuan orang lain untuk menggapai benda yang jauh di atasnya, atau mendorong kursi rodanya. Kecelakaan mobil beruntun di jalan tol dalam kota memberi kenang-kenangan untuk selamanya.
"Sampai aku bisa berjalan kembali, barulah aku tidak malu lagi" matanya mulai berkaca-kaca.
"Jangan berkata seperti itu"
"Biarin!!"
"Dira, di dunia ini banyak yang keadaannya lebih parah dari kamu, tapi mereka baik-baik saja, they can face the world"
"Ooo jadi maksudmu keadaanku kurang parah? Dan aku terlalu berlebihan?" Dira hampir saja memutar kursi roda tetapi Sabri menahannya.
"Bukan begitu, maaf, ngga ada maksud seperti itu. Aku cuma... hfff.. aku cuma ingin kamu kembali seperti Dira yang dulu, Dira yang ceria, suka jalan-jalan bahkan sampai ke kolong tol hanya untuk memberikan makanan kepada mereka yang tinggal di sana, aku kangen kamu" suara Sabri bertambah pelan tetapi cukup terdengar olehnya.
"Bisakah aku kembali seperti dulu?" Dira berkata setelah mereka sama-sama terdiam beberapa saat.
"Tentu"
"Apa aku masih bisa ke kolong tol?"
"Aku temani"
Dira tersenyum tipis.
"Kuliahku?"
"Lanjut dong, aku akan antar jemput kamu"
Senyum Dira semakin melebar, bunyi hujan masih terdengar di luar sana.
"Kalau aku mau main hujan-hujanan?"
"Hmm.. boleh aja, asal sudah makan jadi ngga masuk angin"
"Kalau sekarang bagaimana?"
"Tahun depan aja"
"Kenapa lama sekali?"
"Karena.. eeee.... karena"
"Karena apa?" Dira benar-benar tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Sabri.
"Enaknya sih nikah dulu, baru main hujan-hujanan bareng" Sabri berkata sambil memalingkan wajah, entah kenapa pipinya bersemu kemerahan.
"Maksudnya?"
"Ga tahu ah" Sabri menjauh darinya
"Hei, mau kemana?"
"Ketemu Papahmu, ada kan di rumah?"
"Mau ngapain?"
"Ada deehh"
setahun kemudian
endingnya kurang greget neng.. gk tahu, padahal harusnya endingnya bisa jauh lebih bagus dari ini, bisa bener2 happy ending dg sentuhan sedikit misterius.. tapi saya suka kok dengan jalan ceritanya, bahasanya pun asyik.. :)
ReplyDeletehmmm gitu ya mba.. hihi makasih krisannya ;)
DeleteKalau menurut q sih bagus juga
ReplyDeletethanku :)
Deletebagus. cuma ending berupa gambar yang di-center itu nggak ketangkep di mata di awal saya membaca, meski bisa diterka mau ngapain dia mau ketemu bapaknya.
ReplyDeletengapain hayoo hehe
Deleteandai ajja waktu turunnya.. aer ujan gag di kurangi kecepatannya dari 558km/jam jadi 8-10km/jam..?!?! hhhhh.. eee gag nyambung iia..?!?! :p
ReplyDeletega nyambung banget :P
DeleteMantap banget ceritanya,,
ReplyDeletemenghibur qalbuku.... ^_^
^_^
DeleteBerhubung saya tidak ahli dalam membuat fiksi *apalagi menilai fiksi*, saya jadi penikmat saja yes.
ReplyDeleteyes juga, tooss :P
Deleteaku udah baca, tetep sih dari kemaren2 juga tanda bacanya kakak yang kurang. Tapi secara keseluruhan aku menikmati. Jadi ini nggak jelek, cuman kurang rapi aja. Hehe *emang kalo ngeritik itu lebh mudah, prakteknya yg susah* *dilempar sendal
ReplyDeletekurang rapi ya? baik nanti di setrika lagi biar tambah rapi #eh :D
DeleteDira dan Sabri seperti nama perempuan, jadi ketika endingnya nikah, itu bikin kaget loh
ReplyDeletesabri : cowo, sabrina : cewe hhehe
DeleteMenurutku endingnya keren, pake gambar :D
ReplyDeletethank u el :)
Deletebingung bacanya karena terlalu panjang,, tulisannya juga bold @_@
ReplyDeletebaca pancung dulu lah,,ntar sambung lagi,,hhehehe
masa? padahal itu udah di ringkas sangat loh :)
Deleteso sweet.. hehe :).
ReplyDeletehuhu
Deletewew, ya ... kok nikah sih jadinya, hmmm, kecele aing :p
ReplyDeletemang dikira paan? wew
DeleteWah. Tuan rumahnya kemana nih
ReplyDeleteada koq.. silakan aja para tamunya mencicipi postingan di sini, anggap rumah sendiri hehe
DeleteEndingnya keren. Pake gmbar. :D
ReplyDelete:DD
DeleteAku suka endingnya .......
ReplyDeleteTulisan sederhana, tetapi sangat sangat padat isinya.
Support
:) trims
Deletecinta tak memandang apa aja dan bagaimana keadaan orang tersebut, karena cinta mslh hati.....selamat ending yg bagus
ReplyDeleteyup, kalau benar2 cinta fisik bukanlah masalah ;)
Deletemain hujan2an nya kayaknya kiasan ni? :P
ReplyDeletepemanis ajah hehe
Deletecerita yang bagus :) sangat mengena dan menghibur.. tanpa meninggalkan pembaca untuk mengambil kesimpulan lewat gambar...
ReplyDelete:) makasih, salam kenal
DeleteMaaf sob, baru bisa berkunjung lagi..
ReplyDeletegpp sob, santai aja :D
DeleteTemanya hampir sama yak tentang ketulusan dengan tidak melihat keadaan..
ReplyDeletecuma punyamu gantung sih ngga, tapi berasa terburu-buru menyelesaikannya..
sembari ----> lebih enak sambil..
Hujan, bagaimana aku bisa bermain denganmu ( lagi ) jika...
sebenarnya masih banyak tapi males ah..
*coba ikutan koreksi*
hampir sama ma sapa? fiksi terbarumu? :P
Deleteemang buru2, tadinya mo publish kapan2 tapi udah ada yang nanyain via email #eh
bagus sih kak cuma ya pas endingnya kurang bagus menurutku,seharusnya endingnya juga dijelaskan gak pakai gambar aja diceritain gimana si sabri ngobrol sama papanya si dira terus pas mereka sudah nikah mereka berbagi sama anak-anak di kolong tol terus si sabri sama dira main hujan kan makin so sweet ceritanya :)
ReplyDeletekalau kaya gitu harus panjang Nis postingannya :D
Deletesipp dech ceritanya.... like this
ReplyDeletelike this too
DeleteHihihi unyuuu bangettt :">
ReplyDeleteSabrinya tersipu gituuu hihi~
Hai Dora, aku Diego *eh*
aku emang unyuuu #eh
Deleteaah boong kamu kan shirley, ya kaann *tarik2 bulu shirley