16.1.12

#FF Jadilah milikku, mau?

“Jadilah milikku. Mau?” 

Lena teringat kata-kata Denis beberapa hari lalu. Ia tidak habis pikir bagaimana seorang Denis bisa berkata seperti itu?? Is it such a playboy’s game? Bertaruh dengan teman-temannya untuk mendapatkan aku?? Ah tega sekali kalau benar seperti itu. Tapi.. ataukah Denis sungguh-sungguh? Itu lebih mustahil lagi mana mungkin Denis menginginkan gadis seperti aku, buktinya dari kemarin ia menghilang.

Denis, sakit ini muncul lagi, sakit sekalii Nis, aku ngga kuat


Tahan Len, aku ke sana ya, sekarang. Kamu harus kuat Len. Plis

Kamu mau kesini Nis? Mana? Aku menunggumu dari kemarin tapi kamu tidak muncul juga. Atau jangan-jangan saat ini kamu malah sedang berbincang dengan wanita cantik, menggodanya. Yah kalaupun itu terjadi kamu pantas koq Nis.

Dengan perlahan Lena beranjak dari ranjang, merapikan letak wig dikepalanya, mendorong tiang infus ke luar kamar.

“Mau kemana Lena?” Suster bertanya
“Bosan di kamar”
“Mau saya temani? Pakai kursi roda?”

Lena menggeleng, teringat kembali akan Denis yang sering membawanya ke taman, dengan kursi roda.

“kamu harus banyak-banyak dijemur”
“Memang aku bayi” 
kenangan penuh tawa itu membuatnya semakin sakit.

Di bangsal lain, tiba-tiba ia merasa melihat seseorang yang sangat ia kenal

“Suster, itu di kamar 309 siapa? Koq seperti Denis” ia menunjuk sebuah kamar VIP yang gordennya terbuka
2 orang suster jaga saling berpandangan lalu salah seorang menjawab
“Benar Mba Lena, itu Mas Denis”
Wajah Lena penuh tanya
“Kemarin Mas Denis dibawa kemari, kata yang bawa sih dia korban tabrak lari di jalan depan Rumah Sakit ini. Ada pengendara mobil yang menerobos lampu merah sambil ngebut. Ia menabrak Mas Denis, dan Mas Denis terpelanting jauh dari motornya. Belum sadarkan diri sampai sekarang”

Lena terpaku

“Aku boleh masuk?”
“Jangan lama-lama ya Mba”

Lena tidak menjawab, ia menyeret kakinya dengan sisa-sisa tenaga. Ia menarik kursi ke dekat ranjang, menyentuh tangan Denis, menggenggam tangan berinfus itu dengan tangannya yang juga dipasangi infus.

“Jadilah milikku, mau? Mau ya Nis.. Pliss” walaupun mata Denis terpejam Lena berharap Denis tetap dapat mendengar kata-katanya.

---

“Lena.. Len.. ngapain di situ?” Dokter Andri yang sedang melintas melihat kamar Denis yang terbuka dan mendapati Lena duduk di sana.

“Lena” ia menghampiri, memegang bahu Lena tapi Lena seakan mematung, Dokter memeriksa denyut nadi Lena, nadi yang hampir tidak berdenyut.

“Suster, siapa yang mengijinkan Lena keluyuran sendirian!!” Dokter melepas botol infus dari tiangnya, ia menggendong Lena
“Siapkan alat pacu jantung, Sekarang!!”

#15HariNgeblogFF

12 comments:

  1. maaf nggak baca postnya dulu, ini hanya mau ngetes kotak komentar kamu dear

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini bisa membalas dengan tombol reply, tapi menggunakan tampilan mobile baru muncul karena kamu menggunakan template bukan dari blogger :)) kalo sayang dengan templatenya nggak papa, tapi nggak bisa reply kecuali kamu mau edit htmlnya dengan menambahkan skrip baru :)

      Delete
  2. iy gpp mba han.. thank u yaaaa :*

    ReplyDelete
  3. yup, thats love.. sometimes we just dont understand what love is :(

    ReplyDelete
  4. aduh... selamatkah Lena? :(

    ReplyDelete
  5. wuiihhh..pagi2x sudah disuguhkan oleh yg 'pedas' seperti ini :D

    dua2xnya sekarat...

    ReplyDelete
  6. Idea... ngga tahu :(

    Inge... pedesin mata maksudnya?? :)

    ReplyDelete
  7. keren tp sedih.. *teteupp*

    ReplyDelete
  8. wah, jangan digantung donk ceritanya. trus si lena nya gimana? selamat gak? qiqiqi, semangka, ditunggu cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  9. whuah ga ada kelanjutannya mbak'e itukan CerMin, biarlah begitu sajah adanyah... xixixixix..

    ReplyDelete

leave ur track so i can visit u back :)

Friends *ThankU ;)