Akhirnyaa aku punya rumah juga, Mita membuka gerendel pagar
yang belum terpasang dengan sempurna. Setelah melihat ke kanan dan ke kiri, ia
menyebrang jalan dan memandangi rumahnya. Rumah model minimalis dengan pohon
mangga di area depan membuat rumah menjadi lebih teduh. Hmm untung aku tidak
membuang pohon itu, jadi tidak hilang kesempatanku untuk makan mangga setiap
hari. Semoga tidak ada ulet bulu dan hama lainnya. Ia bergumam lagi.
Ia teringat bagaimana ia agak sedikit berjuang untuk
mendapatkan rumah tersebut. Dengan tertatih-tatih ia mengumpulkan uang untuk
membelinya, dan sekaligus memugarnya. Beruntung bangunan awal rumah itu sudah
kuno dan orang yang menjualpun sedang membutuhkan uang, sehingga ia dapat
membeli rumah itu dengan harga yang cukup miring.
Lamunannya buyar ketika melihat seorang anak perempuan lewat
didepannya. Anak kecil berumur kira-kira 5 tahun dengan mengenakan seragam yang
diduga Mita sebagai seragam PAUD itu berjalan sendirian. Ia menenteng kantong plastik
berwarna hitam, kantong keresek seperti ibu-ibu yang berbelanja di pasar
tradisional. Ia berjalan melewati Mita dengan langkah cepat. Mita sampai harus
memundurkan posisi berdirinya agar tidak ditabrak anak itu.
Keesokan harinya pada jam yang sama
“Biikk, aku berangkat dulu ya. Jangan lupa kunci pintu” Mita
membuka pagar dan mengeluarkan sepeda motornya, setelah cuti tiga hari karena
membereskan rumah hari ini ia mulai kembali bekerja
Dan ia kembali bertemu anak perempuan itu. Masih dengan
kantong keresek yang sama dan langkah yang seperti diburu waktu. Pelan-pelan ia
melajukan motornya, jiwa ingin tahunya muncul. Dimana PAUD nya?
Oooo disini ternyata, setelah melewati tikungan ia melihat bocah
itu memasuki sebuah rumah yang bertuliskan “PAUD Khalifah”
Tidak terasa sudah dua minggu disetiap hari kerja ia bertemu
bocah itu. Kini sang bocah mulai melihatnya, tersenyum. Sikap ramah itu
disambut Mita dengan sapaan “Hei, mau sekolah yah?” Ia mengangguk “Mau aku
bonceng?” dengan perlahan ia mengajukan penawaran, ia tidak ingin anak itu
salah pengertian lalu takut kepadanya. Sang bocah diam sesaat, nafasnya memburu
kelelahan lalu tanpa disangka-sangka ia mengangguk. Dan sejak saat itu Mita
selalu mengantarkannya ke PAUD
Hari ini Mita libur, jadi ia menawarkan diri untuk mengantar
anak itu pulang, ia ingin lebih mengenal anak itu. Baginya anak itu misteri
bahkan sampai detik ini ia belum tahu nama anak itu. Si pendiam, Mita
menjulukinya
Dan disinilah Mita, diantara rumah kardus yang berada di
kolong tol belakang komplek rumahnya. Anak itu berlari ke dalam salah satu
rumah kardus. Mita mengikuti, matanya beradu pandang dengan seorang pria yang
sedang mengelap botol-botol bekas dan seorang wanita yang menyodorkan pakaian ke
Si pendiam.
Setelah berganti pakaian, anak itu menghampiri Mita. Mita
tidak tahu harus berkata apa, yang keluar dari mulutnya hanya “Siapa Namamu?”
#15HariNgeblogFF
cerpen yang menarik... ternyata si anak kecil itu...
ReplyDeleteternyata apa hayoo.. hehe
ReplyDeleteCerpen yg bagus,...
ReplyDeleteKenalin, nama saya Kaget *halah* :D
Wah namanya mengagetkan :D
ReplyDelete