~oOo~
Sahabatku,
Tahun ini sudah 15 tahun kita berteman, itϋ berarti sudah 15 kali kamu merayakan natal. Dan selama itϋ pula aku tidak pernah sekalipun mengucapkan 'Merry Christmas' kepadamu. Padahal kamu sering mengucapkan 'Minal Aidin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir Batin' ketika Hari Raya Idul Fitri tiba. (Walaupun kamu tak tahu artinya hehe dan sebenarnya kata-kata itϋ juga 'salah')
Kamu pasti bertanya-tanya kenapa aku tidak memberikan ucapan kepadamu, apa kamu menganggapku egois? Tidak sahabatku. Ini bukan bagian dari keegoisan, tapi sikap, kalau boleh dibilang, eeee... berkaitan dengan aqidah.
Diluaran sana banyak muslim yang mengucapkan 'Selamat Natal', merasa perlu menjaga toleransi beragama. Sekarang aku ingin bertanya kepadamu ; Pernahkah aku melarangmu beribadah hanya agar kita bisa pergi dan have fun bersama? Pernahkah aku mencerca agamamu? Pernahkah aku mengganggumu ketika kamu sedang beribadah? Tidak pernahkan teman, itulah arti sesungguhnya dari Toleransi Beragama. Maaf, menurutku tidak mengucapkan bukan termasuk dalam intoleransi kok :)
Αϑα yang mengatakan kalau, "Apa salahnya mengucapkan? Hanya kalimat singkat yang sederhana." Teman, sekali lagi aku bertanya ; maukah kamu mengucapkan dua kalimat syahadat? Aku rasa pemeluk agama lain tidak sembarangan mengucapkan Syahadat (kecuali mereka benar-benar ingin menjadi mualaf).
Seseorang mungkin berkata ; "Mαŝα kalimat begitu aja haram, hanya Tuhan yang menentukan mana haram dan halal." Aku tersenyum mendengarnya. Teman, semua agama þunyα aturan, hukum, fiqh. Tuhan mengutus para Nabi dan Rasul untuk memberitahu mana yang haram dan halal, mana yang boleh dan tidak. Hmm... pengucapan met natal juga bagian dari itϋ :)
Aku sungguh tidak bisa memberikan selamat atas perayaan itϋ, apalagi kalau dikaitkan dengan kelahiran Nabi Isa (Jesus ƒor u). Dalam agamaku Nabi Isa terlahir ketika kurma sedang berbuah, di udara yang panas, lalu kenapa kamu merayakannya ϑi tengah salju? Dan lagi aku tak bisa mengucapkannya, karena itu ŝαмα saja dengan aku mengakui (takutnya aku membenarkan, secara tersirat) kalau Nabi Isa adalah Tuhan.
"Tapi aku mengucapkan Met Lebaran," katamu. Sayang, Lebaran kami rayakan sebagai ucapan syukur setelah kami berpuasa selama 1 bulan ϑi bulan Ramadhan. Jadi... tidak αϑα korelasinya dengan Natal, τöн menurut kalian natal itϋ perayaan ultah bukan? Jadi jangan katakan kalau aku unfair ya, sebab kamu pun tidak pernah mengucapkan 'Selamat Maulid Nabi Muhammad SAW' :D
Nah, alasan-alasan itulah yang membuatku tidak memberikan selamat atas perayaanmu ini. Hmm baiklah, aku hanya akan mengatakan : Happy holiday my dearest friend, kiss n hug.
Ur bestie
NF
~oOo~
kalau aku,setiap natal berkunjung kerumah Pakde yang merayakan natal & sebalik kalau lebaran gantian Pakde yang berkunjung ke rumah aku,alias saling menghargai antara beragama jauh lebih indah :)
ReplyDeleteAlhamdulillah keluarga besarku muslim semua, jadi ga ada kunjungan seperti keluargamu :)
Deletelagian mass....klu memang muslim haram makan dengan wejana yg najis,apalagi bekas baby and dog
Deletebanyak yang publish keyword ini ya mbak... :)
ReplyDeletememang soal ini...selalu marak di angkat di tiap tahun nya ya...
bermaksud..silahturahmi di sini :)
makasih silaturahim nya :)
Deletesama sama ya :)
Deleteoh ternyata.....
ReplyDeletemungkin kalau tidak salah pak ustad pernah bilang
bagiku agamaku bagimu agamamu.
saya penah merasakan sesuai dengan tulisan mbak NF, mungkin berkesan egois atau tidak toleran tapi memang begitu ajarannya
Lakum dinukum waliyadin, Surat Al Kafirun :)
Deletejadi makin ngerti alasan ga ngucapin natal...*tulisanmu ringan tp mengena...
ReplyDeletethanks nur,....aku jadi paham ;)
Sama2 semoga manfaat :), eeee... Boleh request ga? Jangan panggil nur hehe
Deletesahabat emang segalanya mbak buat kita , , gk ada habisnya membahas sahabat , karena sahabat akan selalu ada
ReplyDeleteYup tp hrs wise memilih sahabat krn sahabat mempengaruhi cara berpikir kita :)
DeleteNumpang baca aja, jika sudah tentang masalah Tauhid dan kenyakinan saya biasanya cuma mendengarkan.
ReplyDeleteSaya jg cuma numpang nulis, pengalaman pribadi :D
Deletepostingan yang sangat bijak...hadir menyejukkan dikala perdebatan tentang mengucapkan atau tidak sedang hangat-hangatnya :)
ReplyDeleteMakasih pak, bapak juga komennya bijak banget hehehe
Deleteagree with this . :D jangan perkecil persahabatan dengan agama,
ReplyDeleteDan jangan mengecilkan agama krn sahabat :)
Deleteya ... ini memang dilematis banget.
ReplyDeleteada yang setuju, ada juga yang tidak setuju.
pada hakikatnya kita dan mereka sebenarnya satu. Hanya beda di lingkup akidah saja.
dan lagi, menurutku mengucap natal itu tidak serta merta menjadikan kita bagian dari mereka kok. itu kan cuma ucapan selamat saja buatku..
#JustMyOpinion
aku sendiri tidak ragu mengucap Selamat Natal :)
klo hny sekedar beropini semua org bisa mas bro, bahkan anak kecil pun bs tp cz ini urusan agama yg notebene urusannya ummat (bnyk org) maka hati2 dlm beropini, cz ini agama maka pijakanx Qola Rasululla dan Qola Allah Ta'ala bukan dikembalikan kpd akal dan perasaan masing2... *smile
DeleteIndra, dulu memang semua umat adalah 1 tp kemudian manusianya sendiri yg memetakan golongan (sy pernah baca ayat mengenai ini di dlm Al Qur'an, surat2 awal), mungkin bagimu itu cuma pengucapan tp tidak buat saya, saya takutnya sedikit demi sedikit akan timbul rasa permisif :)
DeleteRohis, sejatinya memang begitu ya *smile
toss dulu kita mbak :)
ReplyDeleteSalam tempel aja gimana? Tempel doong diinnn hehe
Deletedasar ibu-ibu, meski ibu-ibu muda, dan bermula dari diskusi kecil pula. buntutnya sama, arisan.
Deletewkwkwkw pa zach mau ikut? :P
DeleteSAya sendiri ragu mengucapkan selamat natal,, karena itu, katanya haram..
ReplyDeletetetapi kita harus kembali kepada aturan2 agama yang mejelaskan tentang hal itu...
Dulu sy jg ragu, in the name of friendship. Tp semakin ke sini sepertinya alasan2nya semakin jelas, dan noni yg wise pun pasti mafhum
Deleteiya, kita sama... ^^
ReplyDelete^_______^
Deletesoal muammalah pasti OK ya ada solisaritas tak terhingga. tapi soal aqidah, ada batasannya.
ReplyDeleteMbak NuFa, kalo sebuah keluarga, ada heterogenitas di dalamnya. ayah Isla, Ibu Nasrani, anak-anak nyampur. ini tentu tantangan buat sang bapak bukan? saya koq agak berabstraksi soal ini, dan nggak nemu2 jawabannya.
seorang suami bertanggung jawab atas 4 wanita dalam hidupnya, ibunya, saudara perempuannya, istrinya, dan anak perempuannya. jadi... kira2 sang ayah yg muslim harus bertindak apa untuk menyelamatkan ke 4 wanita dan dirinya sendiri nanti di hari hisab? :D
Deleteya, retorika ini terjawab dalam hati saya. alhamdulillaah dengan keadaan given yang sudah ada sekarang.
Deletesaiia suka kupasannya.. jarang yg mau pelan-pelan kek gini ngebahas yang satu nii :)
ReplyDeletemakasih, ya pelan-pelan aja deh, mudah2an malah justru sampai apa yang dimaksudkan di atas :)
DeleteMantap nian, tapi ternyata di blog ini http://zarkasih20.blogspot.com/2012/12/siapa-bilang-mui-mengeluarkan-fatwa.html dijelaskan bahwa MUI tak berfatwa haramm mngucapkan selamat natal. Yang diharamkan adalah mengikuti ritual perayaan natal.
ReplyDeletewah saya dikasih link, kalo gitu saya balas dengan link juga gimana? hehe, http://rohis-facebook.blogspot.com/2012/12/inilah-alasannya-mengapa-ucapan-selamat.html itu link salah satu sahabat, memang hal2 semacam ini harus banyak baca dari berbagai sumber biar semakin jelas, makasih ya linknya udah saya baca :)
DeleteSaya juga membaca di tempat lain tentang fatwa tersebut.
DeleteWalau begitu, tetep lebih kuat pendapat yang melarang dibanding pendapat yang memperbolehkan..
pendapat yang memperbolehkanpun ada bantahannya, sehingga pendapat yang memperbolehkan menjadi lemah..
:)
Seru ya, soal ini memang selalu bikin seru dan geram :D
Deletesigit : makasih udah nambahin :)
Deleteuzay : siapa nih? anak mana nih? :D
Natal ya...
ReplyDeletehmmmmm.
no komen ah
diam saja lebih baik ;)
ReplyDeletebermanfaat kak, semoga semua agama dapat menyadari itu sehingga tdk perlu lg adanya perdebatan dan pertengkaran :)
ReplyDeletesudah baca ini belum mbak?? :)
ReplyDeletehttp://www.alkhoirot.net/2011/12/hukum-ucapan-selamat-natal.html