Lima bulan, oh bukan tapi enam bulan lalu, ketika kamu mengatakan ingin jalan sendiri-sendiri. Ya begitu bahasamu ; Jalan sendiri-sendiri. Hum kamu terlalu baik untuk memutuskan hubungan kita, jadi kamu menghaluskan kata. Padahal artiannya tetap saja sama. Kamu meninggalkanku Titik.
Awalnya sulit menerima itu, tapi aku laki-laki, pantang bagiku untuk menghiba. Walau keinginan itu ada. Kamu kan tidak tahu betapa aku rindu akan suaramu, candamu. Langkah-langkah panjang kita yang walaupun berjauhan tapi tetap saja aku merasa dekat.
Aku sudah mulai melupakanmu. Menjalani hari dengan lebih banyak melakukan yang aku suka, meski salah satu kegiatan yang paling aku suka kini tidak ada lagi. Yaitu bersamamu.
Tapi...
Pesanmu tadi pagi membawaku ke kebersamaan kita dulu. Kamu bilang apa? Ibumu mencariku? Menanyakan kenapa aku tidak pernah datang lagi? Hei ada apa ini? Sejak kapan ibumu suka akan kehadiranku, bukannya beliau selalu melirik sinis jika aku bertandang. Aku masih ingat bagaimana ibumu menyindir dulu, katanya aku tak pantas untukmu. Hhh saat itu hubungan kita seperti di sinetron, keluarga yang tidak restu versus kekasih yang mencinta. Apalagi, keluargamu menganut doktrin kesukuan, alias lebih senang mendapat menantu bukan dari suku ku. Ah manalah aku tahu dari suku mana aku akan dilahirkan. Kenapa hal-hal seperti itu masih saja dibahas di zaman yang katanya sudah modern ini? Tapi aku mengalah, menjauh dan membiarkanmu bebas memilih. Lima bulan, aku biarkan kamu sendirian, menata hidupmu sekaligus -mungkin- mencari belahan jiwamu.
Senang, tentu saja itu yang ku rasakan ketika pesanmu terbaca. Gundah, di sisi hati yang lain aku merasakan itu. Harus bagaimana aku sekarang? Datang ke rumahmu untuk mencairkan kembali hubungan kita dulu? Kira-kira... berapa lama orang tuamu menerimaku sampai mereka kembali tidak menyukaiku?
Jadi sebelum rasa sayangku kembali penuh kepadamu, ada baiknya kamu merespon kata-kataku dulu ;
"Perasaanku tidak pernah pudar, hanya membeku sesaat. Kini kamu seolah mencairkannya kembali. Tapi maukah kamu menunggu dua tahun lagi untuk menyatukan perasaan kita? Diskusikanlah dulu dengan kedua orang tuamu. Bila mereka merestui, aku akan datang dua tahun lagi, dengan keluargaku dan seorang penghulu. Tapi bila keluargamu tidak mau, katakanlah sekarang agar aku bisa menata hati dan perlahan mengubah perasaanku ini."
bukan type yang kayak saya nih cowoq. kalo saya (dahulu), jika dia meninggalkan, saya kejar. dia masih nggak mau, saya kejar lagi. jika ketiga kalinya dia nggak mau juga, baru saya mundur, kubur bayangan tentang dia, lalu cari yang lain.
ReplyDeletelalu kalo dia udah mau, tapi keluarga dia nggak merestui? hajar dengan sikap kita yang simpatik. beliau manusia biasa koq, pasti luluh lama-lama.
bukan yang kaya saya juga pak, pertama karena saya bukan cowok, kedua kalo saya cowok saya juga ga mau ah kaya begitu :P
Deletejika dia meninggalkan saya ga kejar, capek pak, masih buaanyaaakk gadis2 di luaran sana :D
ini perspektif wanita juga tu Mbak. kita kaum lelaki akan lebih dulu membuktikan komitmen kuat kita terhadap wanita sorangan tersebut.
DeleteSaya setuju dengan Bang Zachflazz. Pada umumya lelaki memang punya prinsip seperti itu namun tidak semuanya.
DeleteBoleh gabung gak. Kalau q lepas ya udah. Silahkan saja.
Deletesaya pertamax. juaraa!
ReplyDelete*sodorin supermi ma air jahe
Deleteberhadiah piring cantik sama payung dong..
Deleteitu mah biasanya beli detergent pak :D
Deleteapa lgi beli mie Sedap lngsung dpt jaket kuli hahahah
Deletebelinya dimana to?
DeleteDi toko yang jual Mie :)))
Deletenyatakah mb?
ReplyDeletewah hem... rumit yah.
Eh Btw itu di sodorin supermi ma air jahe enyaaak hehe :)
iya ruwet :D
Deleteiya gara2 postingannya pa zach tuh yg bawa2 supermi ma air jahe :)
sayang sekali pernikahan dibatasi suku
ReplyDeletebukannya sama2 manusia he he #polos
yah tp itulah yang terjadi kan? kadang persyaratannya bukan karena masalah yg lebih urgent :) etapi balik lagi deng, urgent pun sifatnya relatif :)
Deletecurhat nich yahh :D
ReplyDeletelamar tuh cewek sampe 3x
klo udah 3x kali ditolak juga
ahaaa, tuh cewek gak bakalan dapet cowok lagi
nich nyumpahin ata apa yah :P
ehh follow disini #248
follback yahh bila berkenan :D
waduh jangan gitu dong, itu namanya belom jodoh :)
Deletehehheheheh
ReplyDeletesabar
hehehehehheheh
Deleteisbir #lho
kalau aku,
ReplyDeleteseperti yang Nufa tahu, aku orangnya sensitif.
Ketika ia menawarkan diri untuk meninggalkanku, aku akan pertahankan dia.
Tetapi kalau dia tetep keras untuk meninggalkanku, aku akan relakan dia walaupun itu sakit.
karena tidak ada guna mencintai seseorang yang orang itu gak cinta lagi sama kita.
setuja, mencintai seseorang yang ga cinta sama kita itu sama aja wasting :)
Deleteaku setuji aja yaa mbak :p
Deletewaduwh...
ReplyDeletesiap berpisah karena keluarga tak ada restu bercinta..
:P
yg tabah mbak..
nuduh kalo aku wanita di dalam cerita ini yak? :D
Deletebentar deh, ini post ketika mbak umur berapa hayoo
ReplyDeleteapakah barusaja :D
baru saiahhh *nangis di pojokan* :P
Deletebukan tipe saya nih nunggu2 *niru pak zach :p
ReplyDeletetega amat nyuruh orang nunggu, sampe 2 tahun pula.. waduuuh sayang umur tauuk..
eh tapi ini cerita siapa? mbak NF ya? Kalo cerita mbak nufa gpp deh ;p
*standar ganda
bukan akyuuuu, aku mah ga pake disuruh nunggu malah diminta buru2 *haish
Deletemlm wao lma jga 2 thn heheh. kcian bang klmaan
ReplyDeleteWah bener-bener tuh cowok, emang dia siapa? hehe...#emosi
ReplyDeleteMenurutku sih ya, seorang pria sudah sepantasnya tegas dalam membuat keputusan dalam suatu hubungan, karena wanita itu tidak bisa terlalu menunggu, tidak seperti pria yang 'panjang langkah' dalam kontek usia. Jika niatnya untuk menguji keseriusan cinta sang wanita terhadapnya, ya tidak sekejam itu dong caranya.
setuju!
Deletemiris ya ka hari gini masih ada orang yang memandang suku dalam pergaulan :,(
ReplyDeletemiris ya ka hari gini masih ada orang yang memandang suku dalam pergaulan :,(
ReplyDeleteI-Pub
saya pernah tuh, diputusin ama cewe. dan setuju pantang buat ngerengek bagi pria. tapi kalo udah di putusin terus cewenya dateng lagi saya mending menolak deh, tapi terganting kondisi juga sih :D
ReplyDeleteahh,...sad ending...*penonton kecewa tertunduk lesu
ReplyDeletedua tahun lama loh mbak...keburu penghulunya...pensiun...wkwk :D
ReplyDeleteSebelum terjadi penyesalan dikemudian hari, perlu ada ketegasan dan komitmen bersama agar masa menunggu tidak sia sia. Kan kasihan juga sudah lama menunggu hingga dua tahun lamanya namun tidak jadian juga. Sebaiknya dari awal sudah ada ketegasan dan komitmen yang mantaf dan disertai dengan tekad dan kesungguhan. Waktu amat sangat berharga dan sayang kalau dilewatkan begitu saja tanpa makna
ReplyDeleteyg ribet ni sebeanrx wanitax atw laki2x..? *smile, sdh ditinggal selama 5 bulan lalu menyuruh pula tuk ditinggal lg selama 2 thn. wanita sosok yg misterius plus ribet.... *smile
ReplyDeletekebetulan tuk urusan satu ini.. menunggu.. saya jagonya nih :p
ReplyDeletesama kayak yang saya alami gan :) ceritanya
ReplyDeleteaku paling kesel kalo disuruh nunggu
ReplyDeletehehe
:D
Perasaanku tidak pernah pudar, hanya membeku sesaat....yang sesaat itu bisa merubah segala sesuatunya tentang harapan masa depan dalam sekejap
ReplyDeleteMbak nufa .. jika berkenan follow blog baruku yaa :)
ReplyDeletehttp://catatan-indrayanaenglish.blogspot.com/2013/01/a-first-introduction.html
2 tahun, bukan waktu yang sebentar, awas tuh banyak godaan hihi...
ReplyDeleteKalau dua-duaNy udah komitmen, kyakNy biar bertahun2 pun bkal tetep setia.
ReplyDeleteAiihh,, Jdi iri. mudah2an 2 org dlam postingan di atas dpet yg terbaik bwt semuaNy,,
wah,dua tahun.dua tahun bukan waktu sebentar bagi seorang yang menunggu .Namun bagi yang setia kpdnya pasti akan selalu sabar dan menanti.berkunjung,sudah lam ga bw kemari.
ReplyDeleteselalu penuh haru biru detak jantung tak beraturan manakala kita harus menunggu.. :p hmmm.. mau gag iia..?!?!
ReplyDelete