30.10.12

Burung itu bernama... Pesawat? Kaendra?

Di balik awan,


"Bu, lihat ada yang terbang mendekat."
"Mana? Waah yang ini lebih besar daripada yang tadi pagi, ayo kita bersembunyi agar mereka tidak melihat kita."
"Tenang saja Bu, tidak akan. Paling-paling mereka sedang tertidur di dalam sana, atau sedang membaca."
"Kaendra! kenapa kamu bisa tahu apa yang mereka lakukan? Ibu sudah bilang jangan mendekati burung besar itu!"
Upss rupanya aku salah bicara, gumam Kaendra dalam hati. "Maaf Bu, habis aku penasaran." Katanya sambil menunduk. Perlahan burung besar yang mereka maksud terbang menjauh.

------

Di dalam pesawat,


"Bunda, sepertinya aku melihat sesuatu yang bergerak di sana." Rika menunjuk ke jendela, ia tidak memalingkan wajah sementara tangannya yang lain menepuk pelan sang ibu yang duduk di sampingnya.

Tanpa menoleh ke arah yang dimaksud ibunya berkata, "Tidak ada apa-apa di luar sayang," lalu kembali meneruskan membaca majalah, membiarkan Rika menekuri gumpalan awan putih di luasnya cakrawala.

 "Sepertinya tadi aku melihat sesuatu." Gumam Rika lirih, sebenarnya ia sangsi apa ia benar-benar melihat bayangan bergerak di antara awan-awan putih. Tapi... mana mungkin ada orang di luar sana, Superman? Kata bunda, Superman itu cuma ada di film. Burung? Kok besar sekali? Hfff tidak tahu ah. Ia memalingkan wajah, memeluk boneka kesayangannya lalu memejamkan mata.

"A-Aku di mana?" Rika mengerjapkan mata, memandang sekeliling dan melihat ada sesosok makhluk bersayap berada di hadapannya.
"Kamu ada di tempatku." Makhluk itu tersenyum, matanya yang bulat besar tampak bercahaya.
"Ini... kayanya awan...." Katanya lebih kepada diri sendiri.
"Iya, ini awan, tempatku tinggal."
"Kamu siapa? Kok tinggalnya di awan?" Rika kecil bertanya dengan mimik wajah heran, dan sedikit ketakutan.
"Hmm... Aku siapa ya?" Ia mengedikkan bahu tanda tak tahu. Selama ini tidak ada pertanyaan seperti itu, semua yang tinggal di Negeri Awan berwujud seperti dirinya, maka pertanyaan seperti itu tentulah tidak ada,  "Humm... bagaimana kalau kita bermain saja? Aku bisa mengajarkanmu terbang, tenaang kamu tidak akan jatuh." Lalu mengalihkan pembicaraan, makhluk itu agaknya senang karena menemukan seorang teman baru.
"Kok aku bisa ada di sini? Di mana bundaku? Aku ingin pulang." Air mata menggenang di pelupuk mata Rika.
"Stt... jangan menangis, aku pun tidak tahu kenapa kamu bisa ada di sini, tapi ku mohon jangan menangis."
"Aku... aku..."

"Rika, kita sudah sampai. Bangun Nak." Rika terbangun dari mimpi anehnya dan mendapati ia masih berada di dalam pesawat, dengan bunda yang mengguncang pelan bahunya. "Tidurmu pulas sekali, mengigau pula. Apa yang kamu impikan sayang?" 

"Bunda, aku..." Rika berpikir sebentar, mimpi itu masih terbayang dengan jelas, "Tadi aku lagi ada di awan-awan itu, teruuss... ada orang, kaya kita, tapi beda, dia tinggiii, besaar." Rika menggerakkan tangannya ke atas dan ke samping, "Ada sayapnya... "

 
Rika seakan ingin terus bercerita tetapi sang ibu memotong kata-katanya, "Oh begitu, tapi ceritamu dilanjutkan nanti saja ya, kita sudah sampai. Eyang pasti sudah menunggu dari tadi. Ayo turun." Sang Ibu meraih tangannya, menuntun Rika melewati lorong pesawat, ia menyunggingkan senyum demi mendengar cerita Rika tadi, Putri sepuluh tahunku rupanya sangat imajinatif, begitu pikirnya. 

------

Di balik awan,

"Kaendra, kita ke sana yuk. Apa kamu tidak bosan duduk-duduk di sini terus." Agamon mendekati Kaendra yang memejamkan mata, entah tertidur atau sedang berusaha untuk tidur.

"Aku tidak ingin terlalu dekat dengan daratan. Banyak asap, napasku jadi sesak. Aku juga tidak bisa melihat dengan jelas, entahlah apa yang mereka lakukan sampai membuat udara menjadi kotor. Lebih enak di sini, Jauh di ketinggian dengan udara yang sangat bersih." Jawab Kaendra masih bergeming dari posisi tidurnya.

langit Jakarta

"Tapi di sana lebih banyak yang kita lihat."
Kaendra kembali menggeleng, ia masih memikirkan seseorang dalam burung besar tadi, yang seolah-olah melihatnya. Seorang anak kecil menatap ke arahnya seakan mengetahui keberadaannya.

 
Ia kembali memejamkan mata, mencoba menikmati matahari yang sinarnya menghangat, tak peduli akan kepergian Agamon. Selamat menikmati perjalananmu Agamon, ceritakan padaku apa yang kau lihat di bawah sana, hati-hati ya, udaranya tidak bersih dan memerihkan mata, aku di sini saja, lebih damai dan dekat dengan Sang Pencipta.

#Fiksi

21 comments:

  1. Apa kabar? Lama tak main ke sini :)
    Fantasi dari tulisan ini keren Bisa diikutkan lomba lho.
    Btw, saya nyari akun facebooknya. Tapi rupanya nama Nurul Fadilah ada beberapa. Gak tahu mau add yang mana :D

    ReplyDelete
  2. keren banget ceritanya, berbeda, asyik, imajinatif..
    yang aku pertanyakan, agamon ini ibunya kaendra atau temennya kaendra?
    ohya, agamon ini cowok apa cewek ya? namanya menggalaukan...

    ReplyDelete
  3. di bawah sana banyak daya tolak yang membuat terpental lagi ke angkasa. kecuali beneran ada orang yang benar2 peduli membenahinya, hingga Agamon betah dan menetap di sana.

    ReplyDelete
  4. Turunlah Kaendra..
    Bersihkan yang di bawah sana..
    Keren Mbak..
    Saya suka bagian yg gak mau turun itu, cara menyindir yang manis dan halus..

    ReplyDelete
  5. mimpi itu ternyta mengantarkan anaknya kedalam imajinasi yang tinggi ...

    sebuah 'burung' yang dimimpikan sebagai benda besar yang bermukin di awan ......

    ReplyDelete
  6. Kalau ada cerita fantasi...saya saluut sekaligus ngiri, sampai saat ini saya belum bisa membuat cerita yg berbasis fantasi. Agamon? namanya asyik euy.

    Oia, langit Jakarta tak pernah biru lagi ya

    ReplyDelete
  7. suka dengan cerita fantasinya :)

    ReplyDelete
  8. Cerita saat diatas pesawat terbang ya :)

    ReplyDelete
  9. itu fotonya kayaknya abis dari perjalanan mau kemana deh.. hayoo ngakuuu..

    ReplyDelete
  10. wah naik pesawat ya..fotonya pas diawan...nice foto

    ReplyDelete
  11. Modifiction! Keren!
    Pengen bikin yg kayak gini... ;-)

    ReplyDelete
  12. motret awan di pesawat... bikin banyak imajinasi ya

    ReplyDelete
  13. aku juga mau disini saja, agar lebih dekat dengan Sang Pencipta..

    ReplyDelete
  14. wah coba kalo ada ufo nyamperin...

    ReplyDelete
  15. kupikir psawatnya rika jatuh, terus rika koma, terus mulai deh "bermimpi"

    ReplyDelete
  16. Sudah puluhan kali saya terbang dengan Burung Besi atau pesawat udara. Dan setiap kali saya melongok ke luar jendela memang tampak awan awan berarak. Bergidik diri ini merinding rasanya dan ternyata kita bagai setitik debu di hadapan Penguasa Bumi dan alam Semesta Allah SWT.

    ReplyDelete
  17. kslo baca cerita di atas jadi pengen naik pesawat nih... maklum belum pernah hehe..

    dunia awan yg mengesankan :D

    ReplyDelete
  18. mendadak nyanyi 'pesawatku terbang keawan....'hehehehehehh
    mbak boleh nanya ?, agamon itu siapa ya ?

    ReplyDelete

leave ur track so i can visit u back :)

Friends *ThankU ;)