27.1.17

Ketika Kedatangan Pengungsi Dari Rohingya

Singkat cerita saya diberitahu kakak saya bahwa di rumahnya ada seorang wanita, tepatnya pengungsi dari Rohingya. Dengan keterbatasan bahasa kami mendapat informasi bahwa ia dan suaminya ditipu agen perjalanan... rencana ke Malaysia eh hanya sampai bandara Jakarta... Hmm sebenarnya saya ingin banyak bertanya, misalnya :

"Dari Rohingya naik kapal laut ya?"
"Bagaimana keadaan di Rohingya sebelum ditinggalkan?"
"Mau ke Malaysia memang punya keluarga yang tinggal di sana?"

Dan banyak lagi pertanyaan ala wartawan yang akhirnya hanya bermain-main di angan-angan karena tidak tersampaikan.

Wanita bernama Akter Nasima yang umurnya sekitar 23 tahun ini terpisah dari suaminya ketika ingin check in di bandara Jakarta menuju Batam, lagi-lagi saya tidak mengetahui detail kejadian. Bermodal handphone kami berkomunikasi dengan suaminya yang sudah sampai Batam terlebih dulu. Suaminya berjanji akan mentransfer uang untuk membeli tiket tetapi dengan catatan "Berangkatnya jangan dari Bandara Soekarno Hatta karena dikhawatirkan si agen penipu masih di sana menunggu istrinya".

Selama tiga hari kami menunggu konfirmasi dari sang suami dan selama tiga hari pula Akter Nasima hanya makan sedikit, kami tahu ia pasti gundah menunggu kepastian, kegiatannya dihabiskan di kamar ditemani dengan cemilan karena ia tidak mau makan nasi atau makanan berat lainnya, pernah suatu kali ia menunjuk-nunjuk kepala, dikirain pusing ternyata minta sisir 😆 tapi ketika diberitahu kalau besoknya akan ke berangkat ke Batam ia langsung mau makan nasi (bahkan nambah porsi hihi).

Karena 'petuah' dari sang suami maka kami memesan tiket Jakarta Batam melalui bandara Halim Perdana Kusuma. Setelah menunggu tiga hari, tepatnya tanggal 21 Desember 2016 Mrs. Akter Nasima diantar ke bandara Halim. Ada perasaan nyes dalam hati ketika ia pergi, badannya yang kurus dan terlihat ringkih itu harus terusir dari tempat tinggalnya karena orang-orang yang dengki, golongan orang yang dulu diakui sebagai golongan cinta damai tapi ternyata berhati keji.

Dan saat ini kami berharap mereka berdua dan pengungsi lain dalam keadaan sehat wal afiat, tidak luntur dalam syukur dan sabar walau keadaan yang serba terbatas. Tetap shalat tepat waktu ketika adzan berkumandang seperti di tiga hari itu, dan tentunya ber-husnudzon karena tidak semua hadiah terbungkus dengan indah.

~o~

2 comments:

  1. Sepenggal kisah dari seorang pengungsi, mungkin diluar sana ada yang nasibnya lebih buruk lagi ,bahkan harus bertaruhkan nyawa.

    ReplyDelete
  2. Cerita yang menarik, Mbak. Aamiin untuk doanya di paragraf terakhir. :)

    ReplyDelete

leave ur track so i can visit u back :)

Friends *ThankU ;)