Membutuhkan seminggu untuk melupakan kebersamaan kita yang
waktu itu. Seminggu yang ada kamu selalu menari-nari di kepalaku. Ada saja yang
diingat, entah itu wajahmu, senyummu, sikapmu yang tidak ingin aku perhatikan
terlalu detail karena takut memenuhi memori di kepalaku. Padahal mungkin dalam
seminggu itu kamu sudah lupa pertemuan kita, biasa saja menjalani hari-harimu…
Ah ya wanita kan memang lebih perasa.
Aku bertanya pada diri sendiri apakah mempunyai dua
kepribadian atau sifat munafik yang akut? Atau hanya terlalu mahir dalam
memakai dua topeng kehidupan? Menjadi terlihat baik di depan orang-orang
padahal nyatanya busuk. Yah aku menjadi jahat dan menjijikkan ketika menyangkut
tentangmu, hal yang aku sadari setiap kali kita selesai bertemu.
Aku kembali ke titik nol di mana mungkin Tuhan pun malas mendengarkan
rintihan maafku, ah tapi aku tidak ingin berasumsi seperti itu karena Tuhan kan
sesuai dengan perasangka hambaNya bukan? Hmm dalam hal yang berkaitan tentang
kamu pun aku masih terus menyebutNya.
Saat ini rasa tentang pertemuan kita sudah jauh berkurang,
aku moved on (lagi) sambil berharap tidak dicolek (lagi) olehmu karena sapaan
satu huruf pun dari mu akan langsung meruntuhkan tembok pertahanan yang aku
bangun dengan berdarah-darah karena cintamu itu tidak bertepuk sebelah tangan.
Cintamu itu bagai tepukan di derasnya air mengalir yang menimbulkan riak
memercikkan wajah.
Dan aku katakan sekali lagi bahwa aku sedang move on (lagi) jadi jangan sapa aku (lagi).
Note : Penggalan yang... dibuang sayang
No comments:
Post a Comment
leave ur track so i can visit u back :)