29.12.17

Kajian Ustadz Adi Hidayat : Satu Permintaan Yang Memenuhi Semua Kebutuhan

Ust. Adi Hidayat
Satu permintaan yang memenuhi semua kebutuhan

"Iyyakana' buduwa iyyakanasta'in" adalah perjanjian antara Allah dengan hamba-Nya, maka barangsiapa yang benar dalam ibadahnya, makan dan niat ibadah dll nya benar, maka akan dikabulkan segala permohonannya saat itu --> (Hadits Qudsi) Riwayat Abu Daud No. 169.

"Ihdinasshiratal mustaqiim" adalah 1 permintaan yang memenuhi semua kebutuhan kita dan apabila kita memahaminya dengan benar maka Allah akan memenuhi kebutuhan kita karena Allah memberikan yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan.

Menurut tafsir Al Wasith karya ulama Al Azhar : yang terbaik yang kita minta adalah Hidayah Allah subhanahu wa ta'ala (untuk mencapai keinginan tertinggi yang kita perlukan). Hidayah adalah petunjuk yang sangat lembut yang menyampaikan pada tujuan.

Ihdina -> petunjuk (jamak)               Ihdi -> petunjuk (single)

Sirath -> jalan yang luas. 
Gambaran Sirath dibagi 7 adalah untuk orang-orang yang kurang beramal shaleh bahkan ada yang masuk neraka tanpa hisab yaitu orang yang sulit sekali melihat atau melakukan kebaikan. QS 18 : 100-101. Kalau masuk surga tanpa hisab di QS 2 : 25.

Mustaqim -> sesuatu yang mudah, maksudnya jalannya tidak berliku-liku. 

Jadi arti Ihdinasshiratal mustaqim adalah tunjuki kami pada solusi yang mudah.

Jika kita dekat dengan Allah, ibadahnya benar akan selalu ada dorongan kebaikan. Melihat acara yang tidak layak ditonton akan langsung diganti, pergi belanja menghindari yang haram, akan selalu diberikan petunjuk. Apalagi yang rajin tahajjud. Dan jika telah mendapat petunjuk maka pertahankan karena itu adalah kenikmatan.

Petunjuk atau hidayah itu didapatkan 

1. Dengan kita mendekatkan diri kepada Allah, tingkatkan hubungan dengan Allah, shalat ditambah dengan sunnahnya.

2. Petunjuk dari Rasulullah. Sepanjang ada petunjuk dari Nabi maka tinggalkan yang lain. Misal cara minum menurut pakar kesehatan dan ada juga cara Rasulullah minum maka ambil yang cara Rasulullah. QS 7 ayat 206 yang bisa diambil dari Nabi. QS 33 ayat 21 yaitu Uswatun Hasanah (keteladanan yang meluas). Pengusaha yang belajar pada Nabi menjadi pengusaha yang islami dll karena tertular keteladanan Nabi.

3. Al Qur'an sebagai hidayah atau petunjuk yang memudahkan kita untuk dekat. Maka keluarkanlah ayat-ayat dalam Qur'an untuk memecahkan masalah kita karena semuanya ada dalam Al Qur'an, seperti :

Anak yang shaleh/shalehah sebagai nikmat kehidupan -> Al Araf (7) : 189
Setelah lahir mendapat Asi yang baik, anaknya mendapat kebaikan/sehat dari usia 0-2 tahun -> Al Baqarah (2) : 233
2-usia baliq, anak menjadi shaleh/shalehah -> Luqman (31) : 13-19
Mulai sekolah -> At Taubah (9) : 122
Meningkat prestasi -> Al Mujaadilah (58) : 11
Mulai sekolah lebih tinggi, ta'aruf dengan temannya -> Al Hujuraat (49) : 13
Serius ingin menikah -> An Nisa (4) : 4, Ar Rum (30) : 21
Sudah menjadi suami -> An Nisa (4) : 19, menjadi istri -> An Nisa (4) : 34 
Mencari Rizqi -> Al Baqarah (2) : 168 / 172
Agar anak tidak melawan -> QS 17 : 23 
Lelah capek penat -> QS 26 : 80
Penyakit kronis -> QS 21 : 80-84
Belum punya anak -> QS 3 : 38-39 QS 19 : 3-10
Berbakti pada orang tua -> QS 46: 15
Menyiapkan maut -> QS 3 : 185

Maka minta yang kita butuhkan setelah membaca Al Fatihah dalam shalat sesuai dengan yang dijabarkan tadi. 
Al Qur'an petunjuk Iman, Ilmu petunjuk Akal

Hidayah juga bisa berarti hal yang mengantarkan pada segala kebaikan. Yang baik menurut kita tetapi tidak baik menurut Allah maka tinggalkan.

Siapa yang diinginkan oleh Allah untuk menjadi baik yang pertama diberikan adalah diringankan langkah-langkahnya untuk mempelajari agamanya (HR Bukhari) --> jadi bukan diberikan dunia.

22.12.17

Kajian Singkat Ustadz Adi Hidayat : Agar Rezeki Tidak Mampet

Ust. Adi Hidayat
Agar Rezeki Tidak Mampet

Rumus memahami konsep sesuai syariat (penjelasan dalam Al Qur'an) : 

Anak yang shaleh/shalehah sebagai nikmat kehidupan -> Al Araf (7) : 189
Setelah lahir mendapat Asi yang baik, anaknya mendapat kebaikan/sehat dari usia 0-2 tahun -> Al Baqarah (2) : 233
2-usia baliq, anak menjadi shaleh/shalehah -> Luqman (31) : 13-19
Mulai sekolah -> At Taubah (9) : 122
Meningkat prestasi -> Al Mujaadilah (58) : 11
Mulai sekolah lebih tinggi, ta'aruf dengan temannya -> Al Hujuraat (49) : 13
Serius ingin menikah -> An Nisa (4) : 4, Ar Rum (30) : 21
Sudah menjadi suami -> An Nisa (4) : 19, menjadi istri -> An Nisa (4) : 34 
Mencari Rizqi -> Al Baqarah (2) : 168 / 172

Kalau kita salah memahami konsep ini rizki sulit didapatkan kenikmatan tidak hadir.

1. Rizki sifatnya universal, orang kafir pun dapat. Dan rizki menuntut usaha jadi jangan katakan "Kenapa saya ga kaya-kaya padahal sudah shalat". Al Baqarah ayat 29. Tetapi walau rizki berlaku universal maka bila mencari rizki yang tidak legal akan ada hukumannya.

2. Alokasi rizki kepada yang baik (halalan thayyiban). Di sini pun tidak berlaku hukum aqidah. Contoh seseorang alim ulama yang membeli kacang yang basi jika dimakan akan tetap sakit perut. Al Baqarah 172. Dan hukum ini hanya berlaku bagi orang Islam yang beriman karena Allah akan mendekatkan rizki kepada orang yang beriman, berbeda dengan di point 1 bahwa manusia harus ikhtiar dulu. Al Baqarah 168. Jadi kalau rizki dirasa mampet mungkin ada yang salah dengan prosesnya, mencari dengan nafsu bukan dengan iman dan takwa.

QS 17 : 36 :> Fuad yang berada di dalam hati yang menunjuki kebenaran dan menyuruh/menegur bila mendekati yang tidak baik.

3. Point 1 : Kerja - capek - dikasih (An Nas)
    Point 2 : kerja - didekatkan (Amanu)
    Point 3 : belum minta - dikasih (Bitaqwa)
   
QS 7 : 96 
Untuk meningkatkan takwa Al Baqarah 2-5
QS 25 : 3 (waman yatakillah yaj...)

Rasulullah sudah mencapai ketakwaan yang sempurna sehingga tidak meminta pun sudah diberikan oleh Allah. (seperti dalam Surat Adh Dhuha).
Nabi Musa meminta dahulu dalam doanya ketika akan menghadap Fir'aun (doanya : rabbi shrahli sadri)
Nabi Nuh pun meminta diturunkan bencana untuk kaumnya yang kuffar.

Wallahu'alam.

15.12.17

Taba Dalam TABAROK

Taba tak kuasa membuka matanya, sakit di sekujur tubuh seraya berkumpul di pusat saraf dan mengirimkan sinyal untuk mengernyitkan mata, sakitnya sampai membuat ia terpejam. Hanya telinganya saja yang masih terbebas dari nyeri hingga dapat menangkap alunan suara yang lamat-lamat terdengar.

"’A’a mintumman fissamaa’i an-yakhsifa bikumul ‘ardhu fa’idzahiyatamuur." 

Di antara sakit yang menusuk Taba berusaha mencerna suara itu.

"Amman haadzalladzii yarzuqukum in amsaka rizqah..." 

Itu suratnya…  surat yang Taba hafal sejak bertahun-tahun lalu, surat yang Taba senang membacanya karena tertulis namanya di sana.

"Ya Allah... sungguh Engkau sangat jeli merangkai takdir setiap ham-ba... erghh," sakit itu kembali menjalar. Dengan tenaga yang tersisa Taba berusaha menarik sabuk pengaman yang entah pengaitnya ada di mana. Bau bensin bercampur asap perlahan tercium oleh hidungnya yang meneteskan darah.

Tapi Taba tidak mengeluh, tidak merutuki kebodohannya melewati jalur licin di sepanjang tebing, tidak menyesali penolakannya tadi pagi ketika supirnya menawarkan untuk mengganti ban mobilnya yang sudah botak, karena Taba percaya bahwa menghindari takdir yang satu hanya akan membawanya ke takdir yang lain. Dan setiap takdir bermuara ke satu titik.

“Qul huwalladzi ‘ansya’akum wajaala lakumussam’a wal abshaara wal ‘af’idah, qalilamma tasykuruun.” 

Lantunan ayat kembali terdengar di antara kesadarannya yang mulai menipis. Antara kepasrahan dan tetap berikhtiar, tidak tahu nasib mana yang tertulis di detik berikutnya. Tapi Taba tidak mau menyerah begitu saja karena ia tahu bahwa menyerah tidak ada dalam kamusnya. Sesuatu hal yang ditanamkan Abiyya-nya dari Taba menginjakkan kaki di hari pertama sekolah, "Ya Taba... menyerah itu artinya membuka jalan ke arah putus asa dan Allah tidak menyukai orang yang berputus asa jadi Taba tidak boleh menyerah, seberat apa pun pelajaran hari ini Taba harus bisa menguasainya." Taba kecil mengangguk sambil tetap memandang takzim Abiyya. Orang tua yang sangat dicintainya setelah Ummah. 

"Faman-ya'tikum bi maa'in ma'in." 

Surat tiga puluh ayat itu rampung sudah dibaca, suara lembut tadi tidak terdengar lagi digantikan dengan suara tetesan dari arah belakang mobil, bau bensin semakin menyengat. Bibir Taba pun semakin kencang merapal istighfar, tidak peduli rasa asin yang perlahan menyentuh lidahnya. Tak ada keinginannya menyentuh bagian mana saja yang terluka karena perhatiannya tertuju pada sabuk pengaman yang tak kunjung melepaskan dirinya. 

"Allah... La ilaha illallahu..." Seakan tahu bahwa malaikat pencabut nyawa hanya berjarak beberapa hasta Taba mengubah bacaannya, ia perlu bersaksi untuk mengejawantahkan dirinya sebagai muslim sejati.

"Taba..."

"Ya Ummah."

"Tahukah Taba kenapa diberi nama Tabarok?"

Taba kecil menggeleng dipangkuan ibunda tercinta.

"Tabarok itu... salah satu artinya adalah keberkahan. Abiyya dan Ummah berharap hidup Taba penuh dengan keberkahan. Dan Taba harus berjanji pada Ummah untuk bisa hafal surat Al Mulk. Tahu kenapa?"

Taba kecil menggeleng lagi, tangannya sibuk memainkan ujung jilbab Ummah.

"Karena barang siapa yang membaca surat Al Mulk setiap malam maka akan dijauhkan dari siksa kubur, dan... surat Al Mulk dibuka dengan kata Tabarok."

"Seperti nama Taba?"

Ummah mengangguk sambil tersenyum. Senyuman Ummah yang masih diingatnya sampai detik ini, senyuman Abiyya yang masih diingatnya pula sampai detik ini. Taba pun tersenyum, tangannya berhenti mencari pengait sabuk pengaman. Dibacanya sekali lagi surat Al Mulk yang sudah dihafalnya bertahun-tahun lalu. Surat tiga puluh ayat yang sering membuatnya menangis karena artinya yang begitu dahsyat. Surat tiga puluh ayat yang menemaninya sebelum tertidur di setiap malam. Surat yang berisi namanya dan entah bagaimana tadi tiba-tiba terdengar dibacakan dengan indah, bagai menemaninya berjuang untuk keluar dari jurang. 

Keberadaan Taba di dunia berakhir malam itu ketika tetesan bensin disambut dengan percikan api dan meledakkan mobil. Api melumat habis tapi Taba tak merasakan panasnya, kesadarannya yang terakhir hanya ketika kalimat tauhid bergetar di bibir sebelum akhirnya malaikat maut membawanya pergi.


~.~

Cemaslah dengan apa yang akan kau sebutkan di ujung nafasmu.


8.12.17

Kajian Singkat Ustadz Khalid Basalamah : Tata Cara Shalat Sesuai Sunnah

Ust. Khalid Basalamah
Tata Cara Shalat Sesuai Sunnah
  1. Takbiratul Ihram : Jari-jari dirapatkan dihadapkan ke depan, ujung jari sejajar dengan pundak atau kuping, badan tegak, mata menghadap atau melihat ke tempat sujud atau sajadah, jangan tutup mata (karena tutup mata bisa membuat kita menghayal atau mengantuk -pen).
  2. Peletakan tangan setelah Takbiratul Ihram ada beberapa cara dan do'a Iftitah ada 13 macam.
  3. Ruku' sejajar badan, jari menggenggam lutut. Bacaan Ruku' ada 6 macam.
  4. Bangun setelah ruku', ada 2 cara yaitu tangan taruh di samping kanan kiri atau ditangkupkan seperti setelah Takbiratul Ihram dan para ulama berselisih paham namun mengacu pada Hadits yang sama.
  5. Sujud dengan 7 anggota badan, direnggangkan siku kalau shalat sendiri. Bacaan sujud ada 6 macam.
  6. Duduk antara 2 sujud, tegak, telapak kaki dijadikan sebagai bantal untuk duduk, telapak kanan berdiri. Duduk Iftitah ini juga dikerjakan ketika akan berdiri lagi untuk rakaat 2 dst. (Ada juga namanya duduk Tawarruk tapi penjelasannya lain lagi).
  7. Tahiyat, tangan rapat di atas paha. Ada 2 macam cara ketika kita menunjuk yaitu dibuat lingkaran antara jempol dan jari tangan atau digenggam. Terjadi khilaf kapan kita menunjuk, ada yang mengatakan dari awal ada yang dari tasyahud tapi keduanya tidak masalah karena punya dalil. HR Tirmidzi : (jari digetarkan) Gerakan jari di tasyahud lebih keras bagi iblis daripada cambukan besi.
  8. Sebelum salam ada 23 macam doa, lalu salam tidak usah diusap wajahnya.
Wallahu'alam

1.12.17

Manhaj Menghafal Al Qur'an oleh Ustadz Adi Hidayat Lc. MA

Selayaknya benda elektronik yang mempunyai buku panduan penggunaan, hidup kita pun memiliki panduan, 
                          
                               yaitu Al Qur'an dan As Sunnah... 

Yang di dalamnya terdapat aturan mengenai apa saja... 
kita hanya tinggal membaca karena semua sudah ada rujukannya. 

Lalu apakah cukup dengan membaca? Tentu saja tidak karena otak kita yang terbatas ini tidak akan cukup untuk menampung semua informasi hanya dengan MEMBACA, kita perlu MENGHAFAL, 

seperti hal nya kita telah hafal jalan pulang dari kantor menuju rumah... alangkah baiknya kita juga menghafal aturan-aturan yang telah Allah tetapkan, agar tidak tersesat dan mudah kembali 'pulang' ke kampung halaman yang sebenarnya... surga yang abadi.

Dan mari kita sama-sama mencoba menghafal ayat-ayat Ilahi secara sistematis agar lebih cepat hafal sesuai harapan😊





o)> Allow to share 😇

Friends *ThankU ;)