Di balik awan,
"Bu, lihat ada yang terbang mendekat."
"Mana? Waah yang ini lebih besar daripada yang tadi pagi, ayo kita bersembunyi agar mereka tidak melihat kita."
"Tenang saja Bu, tidak akan. Paling-paling mereka sedang tertidur di dalam sana, atau sedang membaca."
"Kaendra! kenapa kamu bisa tahu apa yang mereka lakukan? Ibu sudah bilang jangan mendekati burung besar itu!"
Upss rupanya aku salah bicara, gumam Kaendra dalam hati. "Maaf Bu, habis aku penasaran." Katanya sambil menunduk. Perlahan burung besar yang mereka maksud terbang menjauh.
------
Di dalam pesawat,
"Bunda, sepertinya aku melihat sesuatu yang bergerak di sana." Rika menunjuk ke jendela, ia tidak memalingkan wajah sementara tangannya yang lain menepuk pelan sang ibu yang duduk di sampingnya.
Tanpa menoleh ke arah yang dimaksud ibunya berkata, "Tidak ada apa-apa di luar sayang," lalu kembali meneruskan membaca majalah, membiarkan Rika menekuri gumpalan awan putih di luasnya cakrawala.
"A-Aku di mana?" Rika mengerjapkan mata, memandang sekeliling dan melihat ada sesosok makhluk bersayap berada di hadapannya."Kamu ada di tempatku." Makhluk itu tersenyum, matanya yang bulat besar tampak bercahaya."Ini... kayanya awan...." Katanya lebih kepada diri sendiri."Iya, ini awan, tempatku tinggal.""Kamu siapa? Kok tinggalnya di awan?" Rika kecil bertanya dengan mimik wajah heran, dan sedikit ketakutan."Hmm... Aku siapa ya?" Ia mengedikkan bahu tanda tak tahu. Selama ini tidak ada pertanyaan seperti itu, semua yang tinggal di Negeri Awan berwujud seperti dirinya, maka pertanyaan seperti itu tentulah tidak ada, "Humm... bagaimana kalau kita bermain saja? Aku bisa mengajarkanmu terbang, tenaang kamu tidak akan jatuh." Lalu mengalihkan pembicaraan, makhluk itu agaknya senang karena menemukan seorang teman baru."Kok aku bisa ada di sini? Di mana bundaku? Aku ingin pulang." Air mata menggenang di pelupuk mata Rika."Stt... jangan menangis, aku pun tidak tahu kenapa kamu bisa ada di sini, tapi ku mohon jangan menangis.""Aku... aku..."
"Rika, kita sudah sampai. Bangun Nak." Rika terbangun dari mimpi anehnya dan mendapati ia masih berada di dalam pesawat, dengan bunda yang mengguncang pelan bahunya. "Tidurmu pulas sekali, mengigau pula. Apa yang kamu impikan sayang?"
"Bunda, aku..." Rika berpikir sebentar, mimpi itu masih terbayang dengan jelas, "Tadi aku lagi ada di awan-awan itu, teruuss... ada orang, kaya kita, tapi beda, dia tinggiii, besaar." Rika menggerakkan tangannya ke atas dan ke samping, "Ada sayapnya... "
Rika seakan ingin terus bercerita tetapi sang ibu memotong kata-katanya, "Oh begitu, tapi ceritamu dilanjutkan nanti saja ya, kita sudah sampai. Eyang pasti sudah menunggu dari tadi. Ayo turun." Sang Ibu meraih tangannya, menuntun Rika melewati lorong pesawat, ia menyunggingkan senyum demi mendengar cerita Rika tadi, Putri sepuluh tahunku rupanya sangat imajinatif, begitu pikirnya.
Rika seakan ingin terus bercerita tetapi sang ibu memotong kata-katanya, "Oh begitu, tapi ceritamu dilanjutkan nanti saja ya, kita sudah sampai. Eyang pasti sudah menunggu dari tadi. Ayo turun." Sang Ibu meraih tangannya, menuntun Rika melewati lorong pesawat, ia menyunggingkan senyum demi mendengar cerita Rika tadi, Putri sepuluh tahunku rupanya sangat imajinatif, begitu pikirnya.
------
Di balik awan,
"Kaendra, kita ke sana yuk. Apa kamu tidak bosan duduk-duduk di sini terus." Agamon mendekati Kaendra yang memejamkan mata, entah tertidur atau sedang berusaha untuk tidur.
"Aku tidak ingin terlalu dekat dengan daratan. Banyak asap, napasku jadi sesak. Aku juga tidak bisa melihat dengan jelas, entahlah apa yang mereka lakukan sampai membuat udara menjadi kotor. Lebih enak di sini, Jauh di ketinggian dengan udara yang sangat bersih." Jawab Kaendra masih bergeming dari posisi tidurnya.
![]() |
langit Jakarta |
"Tapi di sana lebih banyak yang kita lihat."
Kaendra kembali menggeleng, ia masih memikirkan seseorang dalam burung besar tadi, yang seolah-olah melihatnya. Seorang anak kecil menatap ke arahnya seakan mengetahui keberadaannya.
Ia kembali memejamkan mata, mencoba menikmati matahari yang sinarnya menghangat, tak peduli akan kepergian Agamon. Selamat menikmati perjalananmu Agamon, ceritakan padaku apa yang kau lihat di bawah sana, hati-hati ya, udaranya tidak bersih dan memerihkan mata, aku di sini saja, lebih damai dan dekat dengan Sang Pencipta.
#Fiksi