14.9.12

Tolong.Jangan.Ganggu.Aku!

Tahukah kamu apa hebat itu? Hebat adalah ketika orang-orang terdekat memperlakukanmu dengan tidak manusiawi tetapi kamu tetap berdiri sebagai seorang manusia.

Aku akan menceritakan diriku sendiri, yup diriku yang tidak pernah dianggap oleh keluarga. 

Aku adalah seorang anak yang tidak diharapkan kehadirannya oleh kedua orang tuaku. Bukan! Bukan karena aku dilahirkan dari seorang wanita yang tidak bersuami, justru kedua orang tuaku telah menikah. Sstt ... Tapi aku beritahu ya, mereka berbeda keyakinan. Tadinya ibuku ingin bercerai dengan ayah ... humm, dia itu mata keranjang. Tidak peduli kalau dia telah mempunyai istri dan seorang anak, tapi dia tetap saja menggoda wanita lain. Yang aku dengar sih, dia sudah bosan dengan ibuku, dia ingin mencari wanita yang seiman. Di lain pihak, ibuku juga sudah akan memasukkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Tapi Tuhan berkata lain, tiba-tiba ibuku hamil! Dia mengandung aku, sebenarnya dia sudah berusaha untuk membuangku, tapi aku terlalu kuat! Aku bertahan, walaupun dia sudah meminum berbagai macam obat dan jamu-jamuan untuk meluruhkan aku. Aku hebatkan?

Singkat kata aku lahir, sempurna tanpa cela. Aku semakin tumbuh dan cantik. Tapi orang tuaku tetap tidak berubah kawan. Mereka masih saja bertengkar. Ibuku kembali mengajukan gugatan cerai, namun ayah menolak dan dengan berbagai cara ia berhasil membuat mereka tidak bercerai, lagi. Hei aku tahu darimana? Jangan heran kawan, ibuku sendiri yang sering bercerita. Kadang ia juga mengeluhkan kehadiranku, katanya gara-gara aku ia tidak jadi bercerai. Dan tanpa ia sadari, aku menyeka air mataku di sela-sela ceritanya itu, bayangkan, umurku baru dua belas tahun tapi aku sudah harus menebalkan telinga untuk mendengarkan segala sumpah serapahnya. Dan aku hanya bisa diam.

Kini, usiaku sudah dua puluh dua tahun, aku cantik, bahagia dan punya uang. Aku tinggal di apartemenku sendiri, hidupku nyamaaann. Semenjak lulus SMA aku merantau ke Jakarta dan ... taraaa aku diterima di sebuah agensi, menapaki karier sebagai figuran di salah satu sinetron, lalu perlahan aku menjadi pemeran utama. Humm saat ini wajahku kerap muncul di televisi. Orang tuaku? Ah aku tidak mau peduli, untuk apa? Toh mereka juga tidak pernah mempedulikan aku. Walaupun beberapa kali kakakku menelpon dan mengabarkan kalau ibu sakit, aku tetap bergeming. Aku tidak mau pulang karena terlalu banyak luka di sana. Cukup! Belasan tahun aku hanya mendengar pertengkaran dan cacian dari kedua orang tuaku, sekarang saatnya aku menikmati hidupku sendiri. Jangan ganggu aku! Sekali lagi aku katakan : Tolong. Jangan. Ganggu. Aku!  

#Fiksi

12.9.12

langit, langit dan langit

*postingan ini terpublish ketika saya sedang di dalam pesawat menuju Makassar, doain sampai dengan selamat dan tidak ada masalah apa-apa ya teman-temaann*

Waktu ke Makassar tahun 2008 lalu, di dalam pesawat saya jeprat jepret aja daripada ngantuk :P, tapi gak telat kan kalau saya publish sekarang? hehe...

Langit biruuu








Cara Memasang gambar disebelah isi postingan


melihat langit biru itu
sesuatu banget deh,
dikala setiap hari hanya
melihat abu-abunya
langit Jakarta

berasa pengen tiduran di atas
awannya *ngebayangin
selembut kapas* dan pengen
icip-icip sedikit *ngebayangin cemilan rambut nenek-nenek yang manis dan lembut*




ada gunung juga









senja?


       



Yeap begitu deh hasil jepretan dari kamera pocket saya waktu itu, untuk penerbangan saat ini saya gak bisa ambil photo langit karena naik pesawatnya sore banget, yaa paling objek photonya saya aja :P

Btw, ada blogger Makassar yang ingin ditemui? :)

9.9.12

#FlashFiction : Muti


“Aku ingin bertemu dengan mutiara.” Kataku tanpa basa-basi.

“Jangan memaksa! Belum tentu Muti mau bertemu denganmu.” Suaranya pelan, nadanya pun datar. Sudah tiga tahun aku meninggalkannya demi mengejar karier di luar negeri tapi tidak banyak perubahan akan dirinya, ia tetap tenang sama seperti ketika aku mengatakan ingin bercerai dan memintanya untuk mengurus Mutiara.

“Ah, siapa bilang? Tentu saja dia mau, aku kan ibunya!” Dan aku, berdiri dengan pongah sambil berkacak pinggang, berusaha tidak sakit hati akan kata-katanya itu. “Ayo, tunggu apa lagi?”

Mas Iyan menghela napas sebentar lalu membuka pintu, melewati ruang tamu dan tidak repot-repot menyuruhku duduk. Ia terus berjalan ke sebuah kamar lalu memanggil, “Muti, ada yang mencari, sini sebentar sayang.”

Seorang gadis kecil memakai baju terusan berwarna kuning dengan bando senada keluar dan tersenyum kepada Mas Iyan, “Ayah, syiapa yang cali aku?” suaranya terdengar lucu dan menggemaskan, duh aku sudah tak sabar memeluk gadis kecil empat tahunku itu.

Mas Iyan menunjuk ke arahku, bagai mendapat ijin aku mendekati mereka, mengulurkan tangan ingin menggapai Mutiara tetapi …, “Bundaaa …,” ia berlari menghampiri seorang wanita yang dengan sigap langsung memeluk dan menggendongnya, hatiku sakit dan bertambah sakit ketika mendengar kalimat; “Itu syiapa syih Bunda?”

  the end

 

6.9.12

Don't be affraid of the dark, The lady

Bagaimana jika suatu waktu kamu dan keluargamu tinggal di sebuah rumah besar, dengan ruang bawah tanah yang penuh misteri? Lewat kisi-kisi kamu mendengar ada suara yang memanggil dan memintamu turun ke ruangan itu, mereka mengatakan bahwa mereka ingin bermain bersama. Apakah kamu akan menurutinya? Mengikuti suara tersebut yang memintamu melepaskan mur-mur yang mengunci rapat sebuah perapian besar. Lalu kemudian kamu menyadari bahwa suara-suara tersebut berasal dari sesuatu yang jahat dan ingin membunuhmu. Tapi kesadaranmu itu terlambat, karena mereka telah keluar dan mengincar nyawamu.

Atau, seandainya suatu waktu kamu harus kembali pulang ke negeri asal karena ibumu sakit parah, padahal di sana sedang terjadi konflik, antara militer yang menguasai negara dengan rakyat yang ingin terbebas dari tirani. Dan ketika sampai di sana kamu justru ditawarkan menjadi pemimpin sebuah pergerakan, untuk melawan pemerintah yang telah dengan terang-terangan membunuh rakyatnya. Apakah kamu akan mengiyakan tawaran itu? Dengan konsekuensi kamu harus meninggalkan keluargamu di negara lain, bahkan kamu tidak ada disampingnya ketika orang yang paling kamu cintai meninggal dunia.

Bagaimana jika dua hal tersebut terjadi padamu? Tapi yang jelas tidak terjadi pada saya, karena dua gambaran itu hanya saya lihat di dua film yang saya tonton tadi malam, hehehehhehe ^^V


Don’t be afraid of the dark



The lady


Kok gak ada ceritanya? Yee lagian siapa juga yang mau cerita, wong cuma kasih sinopsis ajah, spoiler gituu :D

*maaf ya belum bisa bewe, asap deh :)

5.9.12

Bang Bing Bung Yookk Kita Nabung

Bang bing bung yookk kita nabung
Tang ting tung hey jangan dihitung
Tahu tahu kita nanti dapat untung

Pernah dengar lagu itu? Lagu jaman dulu banget, siapa penyanyinya saja saya tidak tahu hehe. Tiba-tiba saya ingat lagu itu gara-gara ada yang bertanya saya punya tabungan atau tidak? Jujur kalau tabungan uang saya ... eeeeee ... tidak punya :D, habisnya saya boros sih, tidak bisa lihat duit nganggur, kayanya sayang saja gitu kalau tidak gesek itu kartu ATM :P

Dan lagi menurut saya lagu di atas tidak sepenuhnya benar, dapat untung? Perasaan uang yang saya tabung di Bank tidak pernah bertambah karena diberikan untung oleh Bank, biaya administrasinya saja lebih besar daripada bunganya, plus bunga Bank itukan masuknya Riba, jadi ... dapat untung darimana? Kecuali menang undian Bank tuuh baru deh dapat untung hehe.

Tapi kalau begitu kapan punya tabungannya? Kalau saya sih lebih prefer ikutan TRM (Tabungan Rencana Mandiri). Datang ke Banknya langsung dan bilang ke Customer Servicenya kalau saya mau buka TRM, prosesnya sebentar, cuma isi formulir, bla bla bla, selesai deh. Tiap bulan uang kita di Bank dipotong secara otomatis oleh Bank tersebut. Saya pernah ikut yang tiga tahun dengan premi tiap bulan sebesar Dua ratus ribu rupiah, lumayaaan tiga tahun kemudian saya dapat Tujuh juta dua ratus ribu rupiah. Sebenarnya boleh sih kalau jangka waktu penyimpanannya cuma satu tahun atau dua tahun, tetapi saya memilih tiga tahun karena ada asuransinya, yaitu kalau belum sampai tiga tahun tapi terjadi sesuatu dengan saya -sebagai si penabung- maka Bank akan menggenapkan tabungan saya menjadi tiga tahun, jadi ahli waris tetap menerima TRM dengan jumlah sebesar Tujuh juta dua ratus ribu. Asikkan?

Atau, selain TRM saya juga memilih membeli Dinar Emas dan Logam Mulia. Kalau yang ini sih gara-gara saya baca bukunya Pak Endy kurniawan yang berjudul Think Dinar 


pernah saya ulas di sini


Sudah setahun lebih saya beli Dinar, dan tadi ketika ngecek @salma_dinar harganya sudah naik sekitar Tiga ratus ribu, wiihh lumayaaannn. Mungkin lebih lumayan lagi kalau dijadikan obligasi atau saham kali ya? Tapi saya belum tertarik dan lebih memilih yang konvensional hehe. Dan enaknya lagi emas itukan sifatnya liquid, bisa dicairkan kapan saja. Di daerah pelosok pun kita bisa tukar dengan uang cash bukan?

Jadi intinya buat man teman yang belum punya tabungan, ayooo bang bing bung kita nabuunggg, bentuknya ya terserah, bisa dengan : nabung biasa, TRM, tabungan emas, di convert ke Dinar, dirham, logam mulia, obligasi, saham sampai ke investasi tanah yang sebulannya Tiga ratus lima puluh ribu rupiah, eh masih ada tidak ya program itu? Entahlah :P

Salam Bang Bing Bung

Friends *ThankU ;)